Minggu, 25 Juli 2010

TELA’AH TERHADAP SERAT DARMA GANDUL

TELA'AH TERHADAP SERAT DARMA GANDUL


PENDAHULUAN
Jawa adalah sebuah peradaban, walaupun belum diakui secara aklamasi oleh dunia. Kehidupan di Jawa telah dimulai jauh sebelum kedatangan Hindhu. Jawa dalam kemandirian peradabannya merupakan sebuah manifestasi sistem yang sukar ditundukkan oleh pengaruh yang berasal dari luar. Hindhu sendiri misalnya, tidak sepenuhnya agama yang berasal dari India tersebut mampu mengubah ‘sifat bangsa’ Jawa yang egaliter. Sistem Kasta dalam Hindhu tidak sepenuhnya merasuk dalam pemikiran Jawa. Bahkan sistem Kasta tersebut terdekonstruksi oleh pola pikir jawa dan mengalami proses jawanisasi. Maka kemudian terbentuklah ajaran agama Hindhu menjadi ‘Hindhu kejawen’.

Di Jawa juga terdapat sejumlah aliran kebatinan yang tumbuh dan berkembang. Di antara banyak aliran kebatinan tersebut, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pemikiran Jawa banyak dipengaruhi oleh beberapa kitab antara lain Darmagandul, Gatoloco, Hidayat Jati, dan Serat Centhini. Dalam hal ini penulis akan coba untuk membahas buku darmagandul sebab tulisan tersebut menceritakan tentang ketidakpuasan para pendukung Majapahit melihat hancurnya kerajaan Hindhu tersebut dan digantikan oleh kerajaan Islam. Perlu diketahui bahwa buku Darmagandul menyatakan bahwa seolah-olah rakyat Jawa pada masa itu, termasuk kerajaan majapahit dan para penguasanya, adalah penganut agama Budha. Tentu saja keterangan ini berbeda dengan versi sejarah yang kita ketahui yang menyebutkan bahwa Majapahit adalah kerajaan Hindhu.

Buku Darmagandul merupakan tulisan yang sebagian besar mengisahkan tentang keruntuhan kerajaan Majapahit dan berdirinya kesultanan Demak. Dalam versi Darmagandul Majapahit runtuh akibat serangan dari Adipati Demak yang bernama Raden Patah. Sebenarnya Raden Patah masih merupakan putra Prabu Brawijaya, raja Majapahit terakhir, dengan seorang putri dari China.

Namun, menurut buku Darmagandul, para ulama yang dipimpin sunan Giri dan Sunan Benang (Bonang) yang tergabung dalam majlis dakwah wali sanga, memprovokasi Raden Patah agar merebut tahta kerajaan dari ayahnya yang masih kafir, karena memeluk agama Budha. Bujukan para wali berhasil, sehingga pada akhirnya Majapahit dapat dibumi hanguskan dan Prabu Brawijaya berhasil meloloskan diri.

Buku darmagandul juga mengupas tentang ‘budi buruk’ para ulama yang oleh Prabu Brawijaya diberi kebebasan untuk berdakwah diwilayah Majapahit, namun pada saat Islam telah menjadi besar mereka berbalik melawan Majapahit dan melupakan budi baik sang raja Brawijaya. Hal ini ditunjukkan dengan ekspresi penulis Darmagandul ketika mengartikan wali adalah walikan (kebalikan). Artinya diberi kebaikan namun membalas dengan keburukan.

Penulis menggunakan buku Darmagandul terbitan Toko Buku “Sadu-Budi” Solo. Buku tersebut merupakan cetakan keempat dengan angka tahun 1959 yang ditampilkan dalam bentuk gancaran dengan Bahasa Jawa Ngoko. Buku tersebut ditulis berdasarkan kitab induk yang dimiliki oleh K.R.T. Tandanagara. Buku Darmagandul tersebut diberi keterangan sebagai buku yang mengisahkan tentang cerita runtuhnya Majapahit dan berdirinya kerajaan Demak yang dimulai sejak orang Jawa meninggalkan agama Budha dan beralih menganut agama Islam.


PERMASALAHAN

Secara umum buku Darmagandul tidak memberikan penjelasan tentang identitas instrinsik berupa nama penulis (anoname) dan masa kepenulisan. Selain itu buku tersebut menampilkan diri sebagai salah satu tulisan yang menampilkan cerita sejarah. Sebagaiman telah menjadi pandangan umum, sejarah adalah fakta tunggal yang bisa ditafsirkan berdasarkan motif dan rasionalisasi tertentu. Padahal kajian sejarah membutuhkan kepastian sumber sejarah atau setidaknya sebuah bentuk otoritas tertentu.

Maka penulis akan mencoba mengkaji buku Darmagandul tersebut berdasarkan batu uji sebagai berikut:
1. Siapa penulis buku Darmagandul dan kapan masa penulisannya ?
2. Bagaimana kisah runtuhnya kerajaan majapahit dan Berdirinya Demak ?
3. Apa dan bagaimana intisari ajaran serat Darma gandul ?


MEMAHAMI IDENTITAS PENULIS DARMOGANDUL

Kitab Darmagandul (sering ditulis dengan Darmo Gandul atau Darma Gandhul atau Darmo Gandhul) merupakan sebuah buku kontroversial yang berusaha memojokkan agama Islam dan mengembalikan suku Jawa kepada kepercayaan nenek moyangnya yaitu agama Budha. Isinya secara dominan mengisahkan tentang kehancuran dan keruntuhan majapahit akibat serangan Demak dan Politik ‘kotor’ para wali. Sedangkan isinya yang lain merupakan bentuk pengajaran beberapa falsafah dan pemikiran ‘ilmu kehidupan’ dari seorang guru bernama Kyai Kalamwadi dengan muridnya yang bernama Darmagandul.

Identitas pengarang Serat Darmagandul tidak jelas. Demikian juga latar belakang dan masa penulisannya. Sebagian besar kalangan meyakini bahwa Serat Darmagandul ditulis pada masa peralihan antara runtuhnya Majapahit dan berdirinya kerajaan Demak. Jika asumsi ini benar, maka latar belakang penulisan Serat Darmagandul bisa ditebak yaitu kegundahan hati penulis Serat melihat banyaknya rakyat Majapahit yang memeluk agama Islam dan meninggalkan agama Budha secara masal. Namun jika asumsi tersebut salah maka identitas penulis Darmagandul tetap bisa diidentifikasi sebagai oknum yang menderita islamophobia dan sekaligus menunjukkan kebencian terhadap eksistensi Islam.

Secara umum buku Darmagandul banyak memiliki kesalahan data dalam mengungkapkan fakta sejarah. Oleh karena itu sulit dipastikan bahwa buku tersebut benar-benar ditulis pada masa peralihan antara keruntuhan Majapahit dan berdirinya Demak. Bukti lebih kuat justru menekankan bahwa buku tersebut di tulis di era belakangan pasca penjajahan bangsa Eropa di Bumi Nusantara. Oleh karena itu cerita sejarah dalam serat tersebut boleh diabaikan dari kedudukannya sebagai sebuah fakta.
Misalnya diceritakan bahwa dalam sebuah peperangan, tentara Demak yang terdiri dari orang-orang Giri mengalami kekalahan kerana tidak mampu menghadapi tentara Majapahit yang menggunakan bedhil (senapan) dan mimis (peluru). Hal tersebut diungkapkan sebagai berikut :
… wadya Majapahit ambedili, dene wadya Giri pada pating jengkelang ora kelar nadhahi tibaning mimis, …

Dari kalimat di atas, sulit dipahami bahwa tentara Majapahit telah mengenal senjata api berupa senapan. Sedangkan fakta sejarahnya, senapan dengan istilah bedil, baru dikenal oleh orang Jawa pasca kedatangan bangsa Eropa di bumi Nusantara. Maka jelas bahwa buku Darmagandul baru ditulis pasca kedatangan bangsa Eropa dan bukan pada masa peralihan antara kejatuhan Majapahit dan berdirinya kerajaan Demak sebagaimana diyakini sebagian kalangan.

Selain itu buku ini juga telah menceritakan tentang hubungan antara para auliya’ dari berbagai negeri dengan pohon pengetahuan dalam bentuk perbandingan. Hal tersebut dinyatakan sebagai berikut :
“ Sastra warna-warna paringane Kang Maha Kawasa, iku wajib dipangan, supaya sugih pangreten lan kaelingan, mung wong kang ora ngerti sastra paring Gusti Allah, mesti ora ngerti marang wangsit. Auliya’ Gong Cu kumentus niru sastra tulisan paring Gusti Allah, nanging panggawene ora bisa, sastrane unine kurang, dadi pelon, para auliya panggawene sastra dipatoki cacahe, mung aksara Cina kang akeh banget cacahe, nanging unine pelo, amarga Auliya kang nganggit kesusu mangan woh kawruh, ing mangka iya kudu mangan woh wit Budi, Auliya mau lali yen tinitah dadi manusa, ewadene meksa nganggo kuwasane Kang Maha Kuwasa, anggayuh kang dudu wajibe, kesusu tanpa panglulu nganggit aksara kang tanpa etungan cacahe, jenenge sastra godhong, godhonge wit budhi lan wit kawruh, dipethik saka satitik, ditata dikumpulake, banjur dianggit kanggo sastra, mulane aksarane nganti ewon, Auliya China kesiku, amarga arep gawe sastra urip kaya yasane Gusti Allah. Auliya Jawa enggone mangan woh Budi nganti wareg, mula enggone nganggit aksara sanadyan ora pati akeh cacahe, nanging wis bisa nyukupi, sarta unine ora pelo. Auliya Walanda enggone mangan woh wit kawruh uga ngati wareg, dene enggone nganggit aksara iya dipathoki cacahe. Auliya Arab enggone mangan woh wit Kuldi akeh banget. Dene enggone nganggit aksara iya dipathoki cacahe. Nanging yen sastra yasane Gusti Allah dadine saka sabda, wujude dadi dewe, mulane unine iya cetha, satrane ora ana kang padha.”

Perbandingan dalam kategori sastra dan jumlah aksara antar bangsa kemudian digunakan untuk menetukan harkat dan martabat serta ‘ketinggian’ pengetahuan dan budi, jelas merupakan ide yang ahistoris. Aksara Jawa dalam kenyataan yang sebenarnya tidak cukup baik untuk menuliskan semua huruf yang bisa dilafalkan melalui suara. Sebagai contoh, dalam kaidah penulisan huruf Jawa terdapat konsep aksara swara dan aksara rekan. Aksara swara adalah huruf yang digunakan untuk menuliskan huruf vokal di awal kata yang digunakan pada kata-kata yang berasal dari manca, seperti pada kata Allah, Eropah, Umar, dan lain sebagainya. Sedangkan aksara rekan adalah huruf-huruf yang digunakan untuk menuliskan pelafalan huruf manca yang tidak terdapat dalam aksara Jawa, seperti za, fa, gha, kha, dan dza.

Selain itu kata ‘Auliya Walanda’ menunjukkan bahwa Serat Darma Gandul ditulis pada masa atau pasca penjajahan Bangsa Belanda. Kata Walanda yang berarti Belanda (sebutan untuk Netherland dari bangsa Indonesia) tidak mungkin dikenal pada masa peralihan antara Majapahit dan Demak. Maka teori masa penulisan yang menyebutkan, antara keruntuhan Majapahit dan berdirinya Demak, dengan demikian jelas terbantahkan.

Buku Darmagandul seringkali menggunakan frase wit kawruh yang bermakna pohon pengetahuan. Idiom ‘pohon pengetahuan’ bukanlah kata-kata yang wajar dalam nalar Jawa. Falsafah Jawa lebih sering menampilkan kata-kata seperti banyu bening (air bening), banyu penguripan (air penghidupan), cahya, sunar, pepadhang, dan berbagai frase yang melibatkan air atau identik dengan cahaya, bukannya pohon semacam pohon pengetahuan. Penggunaaan kata pohon (wit atau taru) secara simbolis, dalam pemikiran Jawa, umumnya digunakan untuk menggambarkan kebijaksanaan, pengayoman, dan beberapa hal yang identik dengan kewibawaan penguasa. Jika dirunut kepada ajaran Budha sekalipun tidak akan dapat ditemukan ajaran yang identik dengan pohon pengetahuan. Pohon Bodhi, dalam ajaran Budha, yang dianggap sebagai pohon dimana Sidharta Gautama menerima ilham di bawahnya, secara harfiah lebih mudah dimaknai sebagai pohon penerangan agung atau kesadaran yang sempurna atau ilham atau pencerahan dan bukannya pengetahuan. Lantas dari mana ide tentang pohon pengetahuan tersebut bersumber ? Dari penggalan di bawah ini, ide tentang pohon pengetahuan akan dapat dilacak.

“ Darmogandul matur, nyuwun diterangake bab enggone Nabi Adam lan Babu Kawa pada kesiku dening Pangeran, sabab saka enggone padha dhahar wohe kayu kawruh kang ditandur ana satengahing taman firdaus. Ana maneh kitab kang nerangake kang didhahar Nabi Adan lan Babu Kawa iku woh Kuldi, kang ditandur ana ing swarga. Mula nyuwun diterangake, yen ing kitab Jawa diceritaake kepriye, kang nyebutake kok mung kitab Arab lan kitabe wong Srani ”.

Ide tentang Pohon Pengetahuan dalam Serat Darmagandul, tidak bisa diingkari, dapat dilacak ke dalam pemikiran kekristenan. Hal ini dapat ditinjau dalam Kitab Perjanjian Lama dalam Kejadian 2 : 16-17 sebagai berikut :

Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”

Ide pohon pengetahuan dalam dalam Kitab Perjanjian Lama tersebut seolah-olah ditolak dengan kalimat dalam Darmogandul sebagai berikut :… Yen Kitab Jawa ora nyebutake mangkana (maksudnya kisah Pohon pengetahuan atau Pohon Kuldi) ”.

Akan tetapi ide-ide tentang pohon pengetahuan dalam Perjanjian Lama tersebut dalam berbagai tempat justru diakomodasi oleh serat Darma Gandul. Pada saat yang bersamaan terjadi miskonsepsi dalam buku Darmogandul tentang penilaiannya terhadap “Pohon Kuldi” dalam pandangan Islam. Pohon Kuldi (syajaratul khuldi) yang bermakna pohon kekekalan pada hakikatnya adalah upaya pendefinisian yang dilakukan oleh Iblis terhadap pohon yang tumbuh di jannah dimana Allah melarang Adam untuk mendekatinya.

Dengan demikian nama pohon Kuldi dalam pandangan Islam bukan merupakan propername haqiqi yang dikenal dalam konsep Islam, namun secara substansial maupun aksi merupakan bentuk kekejian dan pengelabuhan Iblis terhadap Adam.
Dalam beberapa tempat, penulis Darmogandul nampaknya lebih menguasai doktrin kekristenan dibandingkan ajaran Islam dan Budha, dalam hal ini yang coba dibelanya. Bahkan penulis Darmogandul memiliki itikad untuk menampilkan bahwa agama Nashrani lebih memiliki keunggulan dibandingkan agama-agama lainnya. Motif ini dapat ditelisik dimana, agama lain dalam hal ini Islam, senantiasa ditempatkan dalam image negatif.

Sementara nashrani ditempatkan secara positif dalam gambaran sebagai berikut :
“… Kang diarani agama Srani iku tegese sranane ngabekti, temen-temen ngabekti mrang Pangeran, ora naganggo nembah brahala, mung nembah marang Allah, mula sebutane Gusti Kanjeng Nabi Isa iku Putrane Allah, awit Allah kang mujudake, mangkana kang kasebut ing kitab Ambiya.”

Dalam buku Darmagandul juga terdapat cerita tentang salah satu putra Nabi Dawud yang bernafsu untuk menggantikan kekuasaan ayahnya. Sang anak lantas melakukan kudeta (coup d’etat). Namun Nabi Dawud berhasil merebut kembali tahtanya dan sang anak kemudian melrikan diri dan tewas dengan kepala tersangkut di pohon saat menunggang kuda.

Cerita tersebut dijabarkan sebagai berikut :
“…carita tanah Mesir, panjenengane Kanjeng Nabi Dawud, putrane anggege keprabone rama, Nabi dawud nganti kengser saka nagara, putrane banjur sumilih jumeneng nata, ora lawas Nabi Dawud saged wangsul ngrebut negarane. Putrane nunggang jaran mlayu menyang alas, jaranae ambandang kecantol-cantol kayu, putrane Nabi Dawud sirahe kecantol kayu, ngati potol gumantung ana ing kayu, iya iku kang di arani kukuming Allah.”

Cerita tentang kisah putra Dawud yang durhaka sebagaimana cerita di atas sudah tentu tidak akan dijumpai dalam sumber-sumber Islam, baik Al Quran, hadits, maupun kitab klasik lainnya. Sebab cerita tersebut bersumber langsung dari kitab umat Nashrani yaitu Perjanjian Lama dalam kitab 2 Samuel pasal 15 sampai 18. Secara ringkas cerita dalam kitab 2 Samuel tersebut adalah Absalom, putra Raja Dawud, berniat menarik simpati rakyat dengan menangani perkara pengadilan di kerajaan ayahnya.

Hakikatnya, Absalom sedang mempersiapkan diri dan menghimpun kekuatan ntuk memberontak kepada sang Ayah. Maka sejumlah persepakatan gelap dibuat sehingga banyak rakyat memihak Absalom. Mengetahui posisi politiknya kurang menguntungkan, maka Dawud kemudian meloloskan diri beserta pegawai dan keluarganya yang lain. Pada giliran selanjutnya Dawud dapat memukul mundur tentara Absalom. Absalom yang mengendarai bagal (binatang keturunan kuda dan keledai) berlari. Ketika melewati jalinan dahan pohon Tarbantin yang besar, kepala Absalom tersangkut, sedangkan bagal yang dikendarainya terus berlari. Dengan demikian kisah dalam serat Darmagandul pada dasarnya merujuk langsung ke dalam Perjanjian Lama, kitab yang diakui oleh umat Kristen dan Yahudi sebagai kitab suci.

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan di atas maka identitas penulis dan masa penulisan buku Darmagandul dapat disimpulkan point-point sebagai berikut :
1. Penulisan buku Darmagandul dilakukan pada masa penjajahan Belanda atau bahkan ada kemungkinan jauh setelahnya, mengingat telah ada bentuk pemahaman yang mendalam terhadap kitab Perjanjian Lama. Dengan asumsi bahwa penulis kitab Darmagandul merupakan orang Jawa, maka pada masa penulisannya seharusnya sudah ada terjemahan Bible dalam Bahasa Jawa atau bahasa lain yang mungkin dapat dipahami. Dengan demikian anggapan bahwa buku tersebut ditulis pada masa transisi antara keruntuhan majapahit dan berdirinya kerajaan Demak dengan sendirinya terbantahkan.

2. Identitas penulis buku Darmagandul adalah orang Kristen atau setidaknya pernah mempelajari kekristenan. Jika bukan keduanya maka setidaknya penulis buku tersebut adalah penghayat sinkretisme agama atau bahkan seorang ‘perenialis pilih kasih” sebab menganggap semua agama sama baiknya, kecuali Islam. Namun demikian identitas penulis Darmagandul sebagai seorang yang terjangkiti Islamophobia sukar dibantah.

3. Penulis buku Darmagandul bukan penganut agama Budha. Sebab telah gagal menjelaskan beberapa doktrin mendasar dalam ajaran Budha. Salah satu contohnya penulis buku Darmagandul mengadopsi konsep kedewaan dalam doktrin agama Hindhu.


SEPUTAR KERUNTUHAN MAJAPAHIT

Buku Darmagandul menyebutkan bahwa keruntuhan Majapahit disebabkan semata-mata karena serangan dari kadipaten Demak di bawah pimpinan Adipati Jimbun Patah. Dengan sangat yakin penulis Darmagandul memaparkan hal tersebut sehingga boleh dikatakan bahwa buku tersebut menolak kemungkinan selain itu. Akan tetapi telah kita buktikan di atas bahwa buku Darmagandul tersebut bukan ditulis pada masa transisi antara keruntuhan Majapahit dan berdirinya Demak, sebagaimana anggapan sebagian kalangan. Maka sejumlah item yang dipaparkan oleh buku Darmagandul boleh diabaikan sebagai sumber sejarah, sebab bukan merupakan sumber utama sejarah yang terpercaya sekaligus dimuati sejumlah kepentingan dan motif tersembunyi. Namun demikian keruntuhan Majapahit patut mendapatkan porsi pembahasan tersendiri.

Berdasarkan kesimpulan Seminar Masuknya Islam ke Indonesia pada tanggal 17 sampai 20 Maret 1963 di Medan, Islam telah masuk ke wilayah nusantara sejak Abad pertama hijriyah. Bahkan upaya ekspedisi ke Nusantara telah dilakukan pada masa Abu Bakar Ash Shidiq dan dilanjutkan oleh khalifah-khalifah setelahnya. Berdasarkan literature China menjelang seperempat Abad VII telah berdiri perkampungan Arab muslim dipesisir Sumatra. Sedangkan di Jawa Penguasa Kalingga yang bernama Ratu Shima telah mengadakan korespondensi dengan Muawiyah Bin Abu Sufyan, salah seorang shahabat Nabi dan pendiri dinasti Umayyah. Akan tetapi karena terpaut jarak yang jauh, maka dakwah di pulau Jawa berjalan secara lamban. Namun demikian secara jelas Islam telah disebarkan di Pulau Jawa jauh sebelum berdirinya kerajaan Majapahit. Dengan demikian anggapan penulis Darmagandul, bahwa Islam berkembang di tanah Jawa adalah semata-mata karena ‘kebaikan’ Prabu Brawijaya, adalah tidak benar.

Pada masa kerajaan majapahit beberapa pelabuhan telah ramai dikunjungi oleh saudagar-saudagar asing. Guna kepentingan komunikasi dengan saudagar asing maka pemerintah kerajaan Majapahit mengangkat sejumlah pegawai muslim sebagai sebagai pegawai pelabuhan atau syahbandar. Alasannya pegawai beragama Islam pada masa itu kebanyakan telah menguasai Bahasa asing terutama Bahasa Arab sehingga mampu berkomunikasi dan memberikan pelayanan kepada saudagar-saudagar asing yang kebanyakan beragama Islam.

Sementara itu dakwah Islam telah menjangkau masuk ke dalam lingkungan istana Majapahit dan berpengaruh terhadap para bangsawan. Para bangsawan yang telah menganut agama Islam, umumnya pindah keluar istana menuju daerah pantai yang dikuasai oleh para bupati yang telah beragama Islam. Alasannya adalah demi toleransi dan mendapatkan kemerdekaan beragama. Dengan semakin berkurangnya sejumlah bangsawan dilingkungan kerajaan dan didiringi dengan semakin banyaknya rakyat Majapahit yang memilih Islam maka bias dipastikan kerajaan tersebut menjadi semakin lemah.

Padahal, pada dasarnya Majapahit saat itu memang telah lemah secara politis akibat perang paregreg yang cukup lama dan menghabiskan banyak sumber daya. Perang tersebut merupakan perebutan tahta antara Suhita (putri dari Wikramawardana) dan Wirabumi (putra Hayam Wuruk). Pada tahun 1478 ini Dyah Kusuma Wardhani dan suaminya, Wikramawardhana, mengundurkan diri dari tahta Majapahit. Kemudian mereka digantikan oleh Suhita.

Pada tahun 1479, Wirabumi, anak dari Hayam Wuruk, berusaha untuk menggulingkan kekuasaan sehingga pecah Perang Paregreg (1479-1484). Pemberontakan Wirabumi dapat dipadamkan namun karena hal itulah Majapahit menjadi lemah dan daerah-daerah kekuasaannya berusaha untuk memisahkan diri.

Dengan demikian penyebab utama kemunduran Majapahit tersebut ditengarai disebabkan berbagai pemberontakan pasca pemerintahan Hayam Wuruk, melemahnya perekonomian, dan pengganti yang kurang cakap serta wibawa politik yang memudar. Pada saat kerajaan Majapahit mengalami masa surut, secara praktis wilayah-wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Wilayah-wilayah yang terbagi menjadi kadipaten-kadipaten tersebut saling menyerang satu sama lain dan berebut mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit.

Pada masa itu arus kekuasaan mengerucut pada dua adipati, yaitu Raden Patah dan Ki Ageng Pengging. Sementara Raden Patah mendapat dukungan dari Walisongo, Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syech Siti Jenar. Sehingga dengan demikian keruntuhan Majapahit pada masa itu dapat dikatakan tinggal menunggu waktu sebab sistem dan pondasi kerajaan telah mengalami pengeroposan dari dalam.

Dengan demikian faktor penyebab melemahnya Majapahit juga disebabkan makin pudarnya popularitas kerajaan Hindhu tersebut di mata rakyat. Keberadaan Majapahit telah tertutupi dengan munculnya kerajaan Demak yang dianggap membawa angin dan perubahan baru. Selain itu Demak juga semakin menguat setelah bersekutu dengan Surapringga (Surabaya), Tuban, dan Madura, dimana wilayah-wilayah tersebut sebelumnya merupakan daerah kekuasaan Majapahit. Dengan demikian tuduhan bahwa keruntuhan Majapahit akibat ‘digerogoti’ oleh ulama muslim dari dalam dan semata-mata karena penyerangan kerajaan Demak terbukti tidak benar.

INTISARI TULISAN DALAM DARMAGANDUL

Buku Darmagandul berusaha menggambarkan bahwa pengajar Islam di Jawa yang disebut wali sanga merupakan sekumpulan ulama yang memiliki moralitas dan integritas pribadi yang buruk. Melalui cerita yang disampaikan dalam bentuk dialog, digambarkan bahwa sejumlah wali senantiasa kalah dalam sejumlah dialog. Sehingga mereka kemudian dicitrakan sebagai pihak yang tersalah dan bodoh.

Sebagai contoh dalam perdebatan antara Sunan Benang (Bonang) dengan Raja Jin yang bernama Buto Locaya. Sebelumnya Sunan Benang digambarkan sebagi pribadi yang sewenang-wenang dan tidak berfikir panjang dalam melakukan sebuah tindakan. Diceritakan bahwa Sunan Benang mengutuk sebuah desa sehingga aliran sungai berpindah ke tempat lain. Akibatnya tempat baru yang dialiri sungai tersebut terjadi banjir bandang.

Maka dengan marah Raja Jin Buto Locaya kemudian berdebat dengan Sunan Benang. Dalam perdebatan Buto Locaya selalu digambarkan sebagai pihak yang menang secara argumentasi sedangkan Sunan Benang berada pada pihak yang dikalahkan. Jika diamati, argumentasi yang digunakan dalam berbagai dialog dan isi keseluruhan buku darmagandul, dibangun berdasarkan bentuk silogisme yang mentah akibat kesalahan pengambilan premis dan penyimpulannya.

Sebagai contoh misalnya premis pertama menyatakan bahwa Islam berasal dari Mekah, premis kedua adalah Mekah itu tanahnya panas, tidak ada tanaman yang mau tumbuh, hawanya panas dan jarang hujan, kemudian kesimpulannya adalah jika orang Jawa meninggalkan ajaran lamanya dan melakukan konversi agama beralih kepada Islam, maka tanah Jawa akan menjadi langka pangan, berhawa panas, dan jarang hujan.

Demikian bentuk silogisme tersebut. Ditinjau dari segi manapun konklusi yang diambil dari kedua premis tersebut merupakan argument yang tidak logis dan sukar diterima akal sehat bahkan oleh akal sakit sekalipun.

Kemudian Sunan giri digambarkan sebagai juru tenung atau tukang sihir. Hal ini terlihat bahwa dalam salah satu bagian cerita Sunan Giri mengusulkan agar Prabu Brawijaya ditenung saja agar tidak merusak kondisi politik dan ketentaraan. Kemudian pasca Raden patah berkuasa, tersebutlah Adipati Pengging dan Adipati Pranaraga yang tidak mau tunduk kepada kesultanan Demak. Kedua adipati tersebut juga merupakan putra dari Prabu Barwijaya sebagaimana Raden Patah. Maka keduanya kemudian disingkirkan oleh Sunan Giri dengan jalan ditenung sampai mengalami kematian.

Sedangkan Sunan Kalijaga digambarkan menyesali keadaan yang telah berjalan. Maka sebagai tanda penyesalannya, dia mengganti penampilannya berbeda dengan para wali yang lain. Yaitu menggunakan baju wulung dan bukannya baju surban sebagaimana umumnya para wali. Bahkan sampai pada kesimpulan bahwa untuk mencari ilmu sejati tidak harus berguru kepada orang Arab (Islam maksudnya) namun cukup dengan mengeksporasi dirinya sendiri.

Ide ‘nyleneh’ bertebaran ditampilkan dalam kitab tersebut. Antara lain serat Darmagandul berusaha meyakinkan pembaca bahwa Latta dan Uzza, berhala yang disembah oleh kaum kafir Quraisy, seolah-olah merupakan manifestasi Tuhan. Hal ini dapat dilihat dalam penyebutan penyebutan nama ‘Hyang Latawalhujwa’ dibeberapa tempat.

Selain itu terdapat pernyataan bahwa kaum muslimin pada dasarnya bukan menyembah Tuhan namun menyembah tugu batu yang bernama Ka’bah. Pernyataan demikian seringkali ditemukan pada era saat ini. Biasanya lahir dari kekurang-mengertian terhadap ajaran Islam.

Dalam anggapan Darmagandul, ka’bah adalah buatan Nabi Ibrahim, seorang manusia. Lantas buku tersebut mempertanyakan mengapa orang Islam tidak menyembah batu-batu besar di Gunung Kelud saja, padahal batu gunung tersebut justru adalah ciptaan Tuhan. Tentu saja persoalannya bukan siapa menciptakan apa dan konsekuensinya. Namun Ka’bah merupakan batu penjuru bagi umat Islam, lambang kesatuan Kiblat sekaligus menjadi bukti bahwa Islam merupakan ajaran Tauhid. Pembinaan terhadap Ka’bah, dalam doktrin Islam, mengacu pada pembinaan Baitul Makmur dimana atas perintah Allah para Malaikat melakukan Thawaf mengitarinya. Pada hakikatnya bukan menyembah Ka’bah ataupun Baitul Makmur namun menyembah kepada Allah dengan mengikuti perintah dan tata cara penyembahan yang telah di atur oleh-Nya.

Lantas apakan gambaran tentang tentang para wali sebenarnya adalah demikian adanya ? Atau Apakah Serat Darmagandul merupakan sebuah kebenaran ? Sulit dipastikan, apalagi jika menggunakan serat Darmagandul sebagai sumber sejarahnya. Sebagaimana telah dibuktikan di atas Serat darmagandul bukan merupakan sumber utama sejarah sebab tidak ditulis pada masa peralihan antara kerajaan majapahit dan Kesultanan Demak sebagaimana anggapan orang. Kemudian banyak disisipi dengan berbagai motif dan kepentingan tersembunyi.

Sedangkan puncak dari motif dan kepentingan dalam penulisan buku Darmagandul digambarkan sebagi suara kutukan roh Prabu Brawijaya terhadap Raden Patah sebagai berikut :

“Entek katresnanku marang anak. Den enak mangan turu. Ana gajah digetak kaya kucing, sandyan matiya ing tata-kalaire, nanging lah eling-elingen ing besuk, yen wis ana agama kawruh, ing tembe bakal tak wales, tak ajar weruh ing nalar bener lan luput, pranatane mengku praja, mangan babi kaya dek jaman Majapahit.”

Maksud kutukan roh prabu Brawijaya tersebut suatu ketika, agama Islam akan dikalahkan oleh agama kawruh. Agama kawruh sebagaimana telah dijelaskan sebangun dengan pohon pengetahuan yaitu yang dimaksud adalah Agama atau ajaran Kristen. Dengan demikian seolah-olah kitab Darmagandul merupakan kitab Jawa yang seolah-olah menggambarkan dan memberikan ramalan masa depan bahwa Islam di Jawa akan ditundukkan oleh agama Kristen yang salah satu cirinya adalah mengajar benar dan salah serta memakan babi seperti umumnya orang Majapahit. Jelas umat Budha tidak semua makan daging. Demikian juga muslim tidak memakan daging babi. Dan hal ini merupakan bukti yang nyata bahwa buku Darmagandul sejak awal memang merupakan buku dimaksudkan dan dipersiapkan guna kepentingan misi penginjilan. Mengingat bahwa penyebaran ajaran Nashrani di Indonesia telah dilakukan semenjak penjajahan bangsa Eropa di bumi Nusantara yang dilakukan dengan kekerasan. Hal itu mengingatkan kita bahwa penjajahan bangsa Barat terhadap dunia Timur selalu ditopang oleh slogan gold (kekayaan), glory (kekuasaan politik), dan gospel (penyebaran Injil).


PENUTUP
Berdasarkan uraian dalam makalah ini maka dapat dismpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Penulis buku Darmagandul adalah penganut agama Nashrani yang terobsesi dengan kegiatan missi atau setidaknya pernah berinteraksi secara intensif dengan Kitab Bible

2. Masa penulisan buku Darmagandul adalah pada saat penjajahan Belanda di bumi Nusantara atau bahkan pasca itu. Dengan demikian hal ini memabantah pendapat sebagian kalangan bahwa buku tersebut ditulis pada masa peralihan antara keruntuhan Majapahit dan berdirinya kesultanan Demak.

3. Buku Darmagandul memiliki banyak kesalahan dari sisi sejarah dan miskonsepsi dalam sejumlah contentnya. Hal ini wajar sebagai bukti bahwa penulis Darmagandul bukan pelaku utama sejarah tersebut sehingga pada hakikatnya buku Darmagandul adalah sebuah buku fiksi.

4. Dengan demikian buku Darmagandul tidak dengan serta merta dapat digunakan dalam menggali sumber sejarah terkait keruntuhan Majapahit dan berdirinya kesultanan Demak.

Wallahu a’lam

Berdasarkan cerita oral, telah ada pendahulu kerajaan di Jawa seperti Medang Kamulan, Medang Pura, dan lain-lain.

Sistem Kasta dalam Hindhu menunjuk hierarkhi manusia berdasarkan martabat dan keturunannya. Dalam Hindhu dikenal 4 macam kasta yaitu Brahmana, Satria, Waisya, dan Syudra.

Rahmad Subagya. Agama Asli Indonesia. (Sinar Harapan, Jakarta, 1981). Hal. 237
Noname. Darmagandul. Cetakan IV. (Sadu-Budi, Surakarta, 1959). Hal. 48

Bahasa Jawa memiliki penggunaaan yang berbeda untuk masing-masing strata social. Berdasarkan strata social tersebut Bahasa Jawa dibagi menjadi tiga yaitu Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Krama Inggil. Bahasa Ngoko digunakan untuk strata social masyarakat umum atau oleh seorang bangsawan dan orang terhormat kepada bawahannya. Bahasa Kromo dipakai oleh orang yang memiliki derajad dan status sosial sama namun telah akrab. Sedangkan Bahasa Krama Inggil digunakan oleh seorang yang memiliki derajad dan status social rendah terhadap orang yang memiliki derajad dan status social lebih tinggi dengan tujuan untuk menghormati.

Secara harfiah kata kalamwadi artinya perkataan yang menjadi rahasia.
Noname. Darmagandul. Ibid. Hal. 21.
Tulisan tersebut dapat diartikan sebagai berikut: tentara Majapahit menembak (dengan senapan = ambedil), sedangkan tentara Giri berjatuhan mati akibat tidak kaut menghadapi melesatnya peluru.

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 54.
Artinya : Beragam sastra pemberian Gusti Allah wajib dimakan agar kaya dengan pengetahuan dan ingatan, orang yang tidak mengenal sastra pemberian Allah pasti tidak akan mengerti ilham.

Auliya Gong Cu dengan congkak meniru sastra pemberian Gusti Allah, namun pembuatannya tidak bisa, sastra bunyinya kurang, jadi pelat, para Auliya pembuatan sastra ditentukan jumlahnya, namun aksara China banyak sekali jumlahnya, namun bunyinya pelat, sebab Auliya China terburu-buru memakan buah pohon pengetahuan, padahal juga harus memakan buah pohon Budi, Auliya tadi lupa bahwa dirinya tercipta sebagai manusia, maka karenanya memaksa menggunakan kekuasaan Yang Maha Kuasa, mengharap yang bukan wajibnya, terburu-buru menerima panglulu (pujian yang menjerumuskan) menggunakan sastra yang tidak terhitung jumlahnya, dinamakan sastra daun, daun dari buah pohon Budi dan pohon Pengetahuan, dipetik dari sedikit, ditata dan dikumpulkan, lantas dikarang untuk sastra, maka aksara China ribuan jumlahnya, Auliya China dikutuk, sebab berkemauan membuat sastra hidup seperti buatan Gusti Allah.

Auliya Jawa memakan buah pohon Budi sampai kenyang, maka mengarang aksara yang tidak terlalu banyak namun sudah bisa mencukupi dan bunyinya tidak pelat.

Auliya Belanda memakan buah pohon pengetahuan sampai kenyang juga, sedangkan jumlah aksara yang dikarangnya ditetapkan jumlahnya juga.

Auliya Arab memakan buah pohon Kuldi banyak sekali. Sedangkan aksara yang digunakan juga ditentukan jumlahnya.

Akan tetapi sastra buatan Gusti Allah, tercipta dari Sabda, maujud dengan sendirinya, maka bunyinya jelas, sastranya tidak ada yang sama.

Selengkapnya baca T. Hadisoebroto. Aksara Djawa : Tatanan Panulise Basa Djawa sarta Latin. (Pantjawarna, Solo, 1959). Hal. 29

Drs. Sentot D. Tj. Sejarah Nasional dan Dunia. (Prima Offset, Wonogiri, tth). Hal. 35

Drs. Abu Ahmadi. Perbandingan Agama. Jilid I. Cetakan VII. (AB Sitti Syamsiyah, Surakarta, 1974). Hal. 48

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 50. Artinya : Darmogandul berkata, meminta keterangan tentang Kisah Nabi Adam dan Ibu Hawa yang dikutuk oleh Tuhan, karena telah makan buah dari Kayu (pohon) Pengetahuan yang ditanam ditengah taman Firdaus. Ada kitab lain yang menerangkan bahwa yang dimakan oleh Nabi Adam dan Ibu Hawa adalah buah Kuldi, yang ditanam di surge. Maka mohon diterangkan, kalau dikitab Jawa bagaimana ceritanya, yang menyebutkan mengapa hanya Kitab Arab dan Kitab agama Nasrani.

Kejadian 2:16. Alkitab Terjemahan Baru. (LAI, Jakarta, 1974)

Kejadian 2:17. Alkitab Terjemahan Baru. (LAI, Jakarta, 1974)

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 50. Artinya : Kalau Kitab Jawa Tidak menyebutkan demikian. Yang dimaksud adalah kitab Jawa tidak menyebutkan tentang Kisah Nabi Adam dan Hawa memakan buah pohon pengetahuan sebagaimana ajaran Kristen atau makan buah pohon Kuldi sebagaimana diklaim dalam Darmagandul sebagai ajaran Islam.

Syaikh Ahmad Musthafa Al Maraghi. Tafsir Al Maraghi. Juz I. (Terj. Drs. M. Thalib). (Ramadhani, Surakarta, 1989). Hal. 88

Penulis Darmogandul seolah-olah mendedikasikan kitabnya untuk membela agama Budha dan ajarannya. Namun dalam banyak kesempatan agaknya sang penulis Darmogandul kurang memahami ajaran Budha itu sendiri. Hal tersebut terlihat dari pemaknaan Pohon Bodhi, konsep kedewaan, dan beberapa konsep kehidupan lainnya yang justru berlawanan dengan doktrin pokok dalam ajaran Budha.

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 48. Artinya : Yang dinamakan agama Nasrani artinya sarana berbakti : benar-benar berbakti kepada Tuhan, tanpa menyembah berhala, hanya menyembah Allah, Maka gelar Gusti Kanjeng Nabi Isa adalah Putra Allah, karena Allah yang mewujudkannya, demikian yang termaktub dalam kitab Ambiya.

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 27.
Artinya : cerita dari Mesir, Beliau Nabi Dawud, putranya bernafsu menggantikan kekuasaan sang ayah. Nabi Dawud sampai terdesak meloloskan diri keluar dari Negara, Anaknya tersebut kemudian menggantikan sebagai raja, tidak seberapa lama Nabi dawud kembali berhasil merebut negaranya. Anaknya melarikan diri dengan mengendarai kuda menuju ke hutan. Kuda tersebut berlari tanpa tentu arah tersangkut-sangkut kayu. Putra Nabi dawud kepalanya menyangkut di kayu sampai terpotong menggantung dikayu. Itulah yang dinamakan hukum Allah.

Lihat 2 Samuel 15 : 6. Alkitab Terjemahan Baru. (LAI, Jakarta, 1974)

Lihat 2 Samuel 15: 12. Alkitab Terjemahan Baru. (LAI, Jakarta, 1974)

Lihat 2 Samuel 15 : 14-16. Alkitab Terjemahan Baru. (LAI, Jakarta, 1974)

Lihat 2 Samuel 18 : 7-8. Alkitab Terjemahan Baru. (LAI, Jakarta, 1974)

Lihat 2 Samuel 18 : 9-10. Alkitab Terjemahan Baru. (LAI, Jakarta, 1974)

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 52

Panitia Seminar. Risalah Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. (Panitia Seminar, Medan, 1963). Hal. 265

Herry Nurdi. Risalah Islam Nusantara. (Sabili Edisi Khusus : Sejarah Emas Muslim Indonesia, No. 9 Th. X, 2003). Hal. 9

Prof. DR. Hamka. Sejarah Umat Islam. Cetakan V. (Pustaka Nasional Pte Ltd, Singapore, 2005).Hal. 671-672

A. Latif Osman. Ringkasan Sejarah Islam. Cetakan XXIX. (Penerbit Widjaya, Jakarta, 1992). Hal. 77

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 48

Prof. Dr. Abubakar Aceh. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawwuf. Cetakan IV.
(Ramadhani, Surakarta, 1989). Hal. 370

Prof. Dr. Abubakar Aceh. Sejarah Al Quran. Cetakan VI. (Ramadhani, Surakarta, 1989). Hal. 325

Drs. Sentot D. Tj. Sejarah Nasional dan Dunia. (Prima Offset, Wonogiri, tth). Hal. 57
H. Soekama Karya., et all. Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam. (Logos, Jakarta, 1996). Hal. 364

Syekh Siti Jenar merupakan tokoh kontrovesial yang eksistensinya sebagai sosok historis masih dipertanyakan. Namun demikian sejumlah pendapat menyatakan bahwa dia bertanggung jawab atas penyebaran ajaran syi’ah dan sekaligus paham wihdatul wujud di Pulau Jawa. Menurut salah satu sumber dia memiliki nama asli Syeh Jabaranta dan pernah tinggal lama di Persia. Lihat MB. Rahimsyah. Legenda dan Sejarah Lengkap Wali Songo. (Amanah, Surabaya,tth). Hal. 139

Prof. Abu Bakar Aceh. Sejarah Al Quran. (Ramadhani, Surakarta, 1989). Hal. 234-235.

Buku Darmagandul menggambarkan bahwa para ulama adalah seperti tikus yang merusak dari dalam. Mereka meminta jabatan kepada raja Majapahit dan pasca itu kemudian merusak kerajaan dari dalam. Lihat Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 46-47

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 15

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 15-16

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 16

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 29

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 46

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 49

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 14, 37, 40, 31

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 15

Selengkapnya dapat dibaca Prof. Dr. H. Abubakar Aceh. Sejarah Ka’bah dan Manasik Haji. Cetakan IV. (Ramadhani, Surakarta, 1984). Hal. 49-50

Noname. Darmagandul. Opcit. Hal. 49. Artinya : telah sirna rasa cintaku keada anak. Sudah diberi kenikmatan makan tidur. Ada gajah digertak seperti kucing, walaupun mati dalam tata lahir, namun ingat-ingatlah suatu hari nanti, jika telah ada agama pengetahuan, maka akan akau balas, akan kuajarkan benar dan salah, peraturan tentang tatanegara, makan daging babi seperti jaman Majapahit.

Lihat Kejadian 2:17 sebagai berikut : Alkitab Terjemahan Baru. (LAI, Jakarta, 1974)tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”

Lihat Kolonel Inf. R. Soegondo. Ilmu Bumi Militer Indonesia. Jilid II. (Pembimbing, Jakarta, 1954). Hal. 227
Catatan :

Janganlah kita terjebak pada sifat dan kebiasaan menyimpulkan sesuatu, tanpa medalami apa yang tersurat dan bagian luarnya saja, karena biasanya akan cenderung mudah menyalahkan orang lain, bisa dikatakan merasa benar sendiri.. sedangkan kebenaran di dunia ini bersifat nisbi, kebenaran yang sejati berada di tangan yang maha benar.

INTI TASAWUF RUMI

TETES-TETES AIR RUMI

Seperti tetes-tetes air yang mendinginkan kerak bebatuan yang cadas dan keras. Kesan batin inilah bila kita membuka-buka halaman buku tasawuf. Belajar Tasawuf memang tidak menjanjikan kesaktian dan kekuatan badan. Ia juga tidak menjanjikan satu cara agar mendapatkan kekayaan, kekuasaan dan kedigdayaan di dunia. Namun, dari tasawuf kita mendapatkan bekal agar mampu merangkai sesuatu yang berserak di batin, dan selanjutnya bisa menggerakkan kita agar bersiap diri untuk sebuah perjumpaan dengan Tuhan Yang Maha Melihat.

Betapa kering hidup ini bila kita hanya berkutat pada aturan, pada hukum, pada syariat. Namun tidak pernah menyelami samudra hakikat dari hukum syariat tersebut. Syariat itu dibuat tidak hanya untuk ditaati, namun pasti jelas ada tujuannya. Syariat mengharuskan seseorang muslim untuk sholat, namun apa tujuan sholat. Inilah saat kita memasuki wilayah hakikat dan kemudian tujuan sholat ditemukan yaitu bersujudnya “diri” kepada DIRI YANG MAHA SEJATI. Secara otomatis, bila kita bersujud kepada DIRI SEJATI, maka kita diharapkan untuk selalu menyatu dan dekat dengan iradat-NYA, kehendak-NYA. Dalam terminologi agama dikatakan sebagai TAKWA.

Dalam sebuah perjalanan spiritual menuju DIRI YANG MAHA SEJATI, setidaknya kita membutuhkan bekal yaitu pengetahuan sebab perjalanan itu adalah perjalanan yang orientasinya tidak ke luar, namun ke dalam diri. Kita tidak membutuhkan jutaan kilometer jarak tempuh perjalanan dengan kaki dan peluh yang bercucuran, namun yang kita perlukan adalah milyaran kehendak baik di dalam diri untuk selalu ingin berbuat kebajikan. Serta trilyunan perilaku sekecil apapun yang luhur. Inilah sesungguhnya perjalanan batin yang orientasinya hanya agar DIA mendekat menjadi ENGKAU dan kemudian dekat-sedekat-dekatnya menjadi AKU DIRI SEJATI.

Perjalanan mendekati-DIA menjadi AKU inilah yang menjadi fokus tasawuf Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Muhammad bin Husin Al Khatabi Al Bakri, nama lengkap Jalaluddin Rumi. Rumi dilahirkan di Balch Persia pada tahun 604 H atau 1217 Masehi dan meninggal dunia pada tahun 672 H atau 1273 Masehi. Saat usia empat tahun, dia ajak sang ayah ke Asia Kecil (negeri Rum) sehingga dia memakai nama Rumi.

Ajaran tasawufnya tersimpan dalam karya-karya agung, di antaranya Matsnawi yang terdiri dari 20.700 bait syair yang dirangkum dalam enam jilid. Pendirian tasawufnya berdasarkan atas Wihdatul Wujud. Inilah sari tasawuf Rumi:
Karamlah aku di dalam rindu
Mencari Dia, mendekati Dia
Dan telah tenggelam pula
Nenekku dulu, dan yang kemudian mengikut pula
Kalau kukatakan bibirnya
Itulah ibarat bibir dari bibir pantai lautan
Yang luas tak tentu tepinya
Dan jika aku katakan Laa, cucuku adalah Illa
Aku tertarik bukan oleh huruf
Dan bukan pula oleh suara
Makin jauh di belakang dari yang didengar dan diketahui
Apa huruf, apa suara, apa guna kau pikirkan itu
Itu hanya duri yang menyangkut di kakimu
Di pintu gerbang taman indah itu
Kuhapus kata, huruf dan suara
Dan aku langsung menuju ENGKAU
Rumi melanjutkan:
Nyanyian bagiku, wahai harapanku, nyanyian nusyur
Runduklah unta dan berhentilah
Sekarang timbul rasa bahagia dan surur
Telanlah ya bumi, air mata cukuplah
Minumlah hai jika, air mawar yang suci
Engkau kembali, hai hari rayaku
Selamat datang ya marhaban
Alangkah sejuknya engkau, hari yang sepoi
Dan kata Rumi lagi, mengibaratkan Tuhan memanggil kita pulang:
Marilah ke mari, marilah..
Sebab engkau tak akan mendapat sahabat laksana AKU
Manakah kecintaan seperti cinta KU, dalam wujud ini
Marilah ke mari, marilah…
Jangan kau habiskan umurmu dalam ragu-ragu
Tidak ada pasaran bagi hartamu
Kau adalah lembah yang kering, AKU-lah hujan
Kau adalah kota yang telah runtuh, AKU-lah pembangun
Kalau tidak ada pengabdian manusia atas-KU, tidaklah mereka akan bahagia
Pengabdian mutlak adalah Matahari kebahagiaan
Rumi memiliki jawaban atas pertanyaan manusia sebagai berikut:
Kita mendengar suara setiap waktu
Dari utara, dari selatan, panggilan..
Inilah kami! Terbang menuju bintang
Sebab kita dulu datang dari bintang
Dan berteman karib dengan malaikat
Dari sana kita datang, bahkan kita lebih tinggi dari bintang
Kita pulang! Kita pulang!
Lebih baik dari Malaikat, mengapa tidak akan kita atasi?
Tempat kita adalah di Maha Kebesaran
Apa artinya alam bumi bagi diri yang suci?
Kita pulang! Kita pulang!
Dan jika terjatuh lagi, tempat kita bukan di sini
Datanglah empasan ombak
Hancurlah bahtera badan
Itulah saat pertemuan…..
Hakikat hidup adalah CINTA, Rumi menyimpulkan tujuan perjalanan mendekati-NYA:
Aku tak kenal lagi siapa diriku
Tubuhku, tunjuki aku apa dayaku
Bukan bulan sabit dan bukan pula kayu palang
Bukan aku kafir dan bukan Yahudi
Bukan di timur bukan di barat tanah asalku
Tak ada keluarga, baik malaikat atau pun jin
Geligaku bukan dari bumi dan bukan batu karang
Bukan dari benua Cina bukan dari yang lain
Bukan dari Bulgaria tanah lahirku, Bukan..
Bukan dari Irak, bukan Khurasan
Bukan dari India dengan sungainya yang lima
Bukan disini dan bukan di sana
Bukan di surga bukan di neraka, wathan asalku
Aku juga bukan orang usiran dari surga Adam atau lembah Yazhan
Bukan dari Adam aku mengambil nasabku,
Tetapi dari satu tempat… alangkah jauh
Jalan yang sunyi sepi tiada bertanda
Aku lepaskan diriku dari tubuhku dan nyawaku
Dan aku telah menempuh hidup baru
Dalam nyawa KECINTAANKU

Demikian sekelumit tasawuf Rumi yang menyejukkan tersebut. Semoga ada manfaatnya bagi kita yang selama ini berada di dalam ombak lautan dunia fana dan terombang ambing dalam kebimbangan menentukan jalan hidup sejati.

DZIKIR ASMA UL-HUSNA


Ini wirid untuk memuji Nama-Nama Tuhan yang Maha Segalanya. Saat kita melantunkan puji-pujian kepada-NYA, sebenarnya itulah saat kita membuka jalur koneksi dengan kekuatan paling mutakhir yang ada di alam semesta ini.

 Misalnya, saat kita berdzikir berulang-ulang menyebut “Ya Bari’!” maka kita membuka jalur koneksi dengan kekuatan energi gaib penyembuhan yang ada di seluruh alam semesta sehingga bisa diniatkan untuk menyebuhkan semua penyakit.

 Atau misalnya, kita berdzikir berulang menyebut ”Ya ‘Aliy!” maka kita membuka jalur koneksi dengan kekuatan energi gaib kecerdasan yang ada di seluruh alam semesta sehingga bisa diniatkan untuk mencerdaskan otak anak kita.

 Sebelum dipaparkan bagaimana cara meniatkannyasecara lengkap, berikut adalah Nama-Nama Tuhan:

1. Allah
2. Ar-Rahman – Maha Pemurah
3. Ar-Rahim – Maha Penyayang
4. Al-Malik – Maha Merajai/Pemerintah
5. Al-Quddus – Maha Suci
6. As-Salam – Maha Penyelamat
7. Al-Mu’min – Maha Pengaman
8. Al-Muhaymin – Maha Pelindung/Penjaga
9. Al-Aziz – Maha Mulia/Perkasa
10. Al-Jabbar – Maha Pemaksa
11. Al-Mutakabbir – Maha Besar
12. Al-Khaliq – Maha Pencipta
13. Al-Bari’ – Maha Perancang
14. Al-Musawwir – Maha Menjadikan Rupa Bentuk
15. Al-Ghaffar – Maha Pengampun
16. Al-Qahhar – Maha Menundukkan
17. Al-Wahhab – Maha Pemberi
18. Ar-Razzaq – Maha Pemberi Rezeki
19. Al-Fattah – Maha Pembuka
20. Al-Alim – Maha Mengetahui
21. Al-Qabid – Maha Penyempit Hidup
22. Al-Basit – Maha Pelapang Hidup
23. Al-Khafid – Maha Penghina
24. Ar-Rafi – Maha Tinggi
25. Al-Muiz – Maha Pemberi Kemuliaan/Kemenangan
26. Al-Muthil – Maha Merendahkan
27. As-Sami – Maha Mendengar
28. Al-Basir – Maha Melihat
29. Al-Hakam – Maha Menghukum
30. Al-Adl – Maha Adil
31. Al-Latif – Maha Halusi
32. Al-Khabir – Maha Waspada
33. Al-Halim – Maha Penyantun
34. Al-Azim – Maha Agong
35. Al-Ghafur – Maha Pengampun
36. Ash-Shakur – Maha Pengampun
37. Al-Aliyy – Maha Tinggi Martabat-Nya
38. Al-Kabir – Maha Besar
39. Al-Hafiz – Maha Pelindung
40. Al-Muqit – Maha Pemberi Keperluan
41. Al-Hasib – Maha Mencukupi
42. Aj-Jalil – Maha Luhur
43. Al-Karim – Maha Mulia
44. Ar-Raqib – Maha Pengawas
45. Al-Mujib – Maha Mengabulkan
46. Al-Wasi – Maha Luas Pemberian-Nya
47. Al-Hakim – Maha Bijaksana
48. Al-Wadud – Maha Pencinta
49. Al-Majid – Maha Mulia
50. Al-Baith – Maha Membangkitkan
51. Ash-Shahid – Maha Menyaksikan
52. Al-Haqq – Maha Benar
53. Al-Wakil – Maha Berserah
54. Al-Qawiyy – Maha Memiliki Kekuatan
55. Al-Matin – Maha Sempurna Kekuatan-Nya
56. Al-Waliyy – Maha Melinuingi
57. Al-Hamid – Maha Terpuji
58. Al-Muhsi – Maha Menghitung
59. Al-Mubdi’ – Maha Memulai/Pemula
60. Al-Muid – Maha Mengembalikan
61. Al-Muhyi – Maha Menghidupkan
62. Al-Mumit – Maha Mematikan
63. Al-Hayy – Maha Hidup
64. Al-Qayyum – Maha Berdiri Dengan Sendiri-Nya
65. Al-Wajid – Maha Menemukan
66. Al-Majid – Maha Mulia
67. Al-Wahid – Maha Esa
68. As-Samad – Maha Diminta
69. Al-Qadir – Maha Kuasa
70. Al-Muqtadir – Maha Menentukan
71. Al-Muqaddim – Maha Mendahulukan
72. Al-Mu’akhkhir – Maha Melambat-lambatkan
73. Al-’Awwal – Maha Pemulaan
74. Al-’Akhir – Maha Penghabisan
75. Az-Zahir – Maha Menyatakan
76. Al-Batin – Maha Tersembunyi
77. Al-Wali – Maha Menguasai Urusan
78. Al-Mutaali – Maha Suci/Tinggi
79. Al-Barr – Maha Bagus (Sumber Segala Kelebihan)
80. At-Tawwab – Maha Penerima Taubat
81. Al-Muntaqim – Maha Penyiksa
82. Al-Afuww – Maha Pemaaf
83. Ar-Ra’uf – Maha Mengasihi
84. Malik Al-Mulk – Maha Pemilik Kekuasaan
85. Thul-Jalali wal-Ikram – Maha Pemilik Keagungan dan Kemuliaan
86. Al-Muqsit – Maha Mengadili
87. Aj-Jami – Maha Mengumpulkan
88. Al-Ghaniyy – Maha Kaya Raya
89. Al-Mughni – Maha Penberi Kekayaan
90. Al-Mani – Maha Membela/Menolak
91. Ad-Darr – Maha Pembuat Bahaya
92. An-Nafi – Maha Pemberi Manfaat
93. An-Nur – Maha Pemberi Cahaya
94. Al-Hadi – Maha Pemberi Petunjuk
95. Al-Badi – Maha Indah/Tiada Bandingan
96. Al-Baqi – Maha Kekal
97. Al-Warith – Maha Membahagi/Mewarisi
98. Ar-Rashid – Maha Pandai/Bijaksana
99. As-Sabur – Maha Penyabar

Cara dzikir berdasarkan manfaatnya menurut buku “Khasiat Asmaul-Husna” karya Abu Nur Husnina sebagai berikut:

1. “Ya Allah!” apabila dizikirkan 500 x setiap malam, lebih-lebih lagi selepas sholat tahajjud atau sholat sunat 2 rakaat mempunyai pengaruh yang besar di dalam mencapai segala yang diusahakan dan dihajati.

2. “Ya Rahman!” apabila dizikirkan sesudah sholat 5 waktu sebanyak 500x, maka hati kita akan menjadi terang, tenang & sifat-sifat pelupa & gugup akan hilang dengan izin Allah.

3. “Ya Rahim!” apabila dizikirkan sebanyak 100 x setiap hari, InsyaAllah kita akan mempunyai daya penarik yang besar sekali hingga manusia merasa cinta & kasih serta sayang terhadap kita.

4. “Ya Malik!” apabila dizikirkan sebanyak 121 x setiap pagi atau setelah tergelincirnya matahari, segala perkerjaan yang dilakukan setiap hari akan mendatangkan berkat & kekayaan yang diridhoi Allah.

5. “Ya Quddus!” apabila dizikirkan sebanyak 100 x setiap pagi setelah tergelincir matahari, maka hati kita akan terjaga dari semua penyakit hati seperti sombong, iri hari, dengki dll.

6. “Ya Salam!” apabila dizikirkan sebanyak 136 x, InsyaAllah jasmani & rohani kita akan terhindar dari segala penyakit sehingga badan menjadi segar sehat & sejahtera.

7. “Ya Mukmin!” apabila dizikirkan sebanyak 236 x, InsyaAllah diri kita, keluarga & segala kekayaan yang dimiliki akan terpelihara & aman dari segala macam gangguan kejahatan.

8. “Ya Muhaimin!” apabila dizikirkan sebanyak 145 x sesudah sholat fardhu Isya, Insyaallah pikiran & hati kita akan menjadi terang & bersih.

9. “Ya ‘Aziz!” apabila dizikirkan sebanyak 40 x sesudah sholat subuh, InsyaAllah, kita akan menjadi orang yang mulia, disegani orang yang penuh kewibawaan.

10.”Ya Jabbar!” apabila dizikirkan sebanyak 226 x pagi & petang, semua musuh akan menjadi tunduk & patuh dengan izin Allah.

11. “Ya Mutakabbir!” apabila dizikirkan sebanyak 662 x, maka dengan kebijaksanaan bertindak, kita akan dapat menundukkan semua musuh, bahkan mereka akan menjadi pembantu yg setia.

12.”Ya Khaliq!” dibaca mengikut kemampuan atau sebanyak 731x, InsyaAllah yang ingin otak cerdas, cepat menerima sesuatu pelajaran , amalan ini akan memberikan otak kita cerdas dan cepat faham.

13.”Ya Baarii’!” sekiranya kita berada didalam kesukaran atau sedang sakit, dibaca sebanyak 100 x selama 7 hari berturut-turut, InsyaAllah kita akan terlepas dari kesukaran & sembuh dari penyakit tersebut.

14.”Ya Musawwir!” sekiranya seorang isteri yang sudah lama belum mempunyai anak, maka ikhtiarnya dengan berpuasa selama 7 hari dari hari Minggu hingga Sabtu. Di waktu akan berbuka puasa, ambil segelas air & dibacakan “Ya Musawwir” sebanyak 21 x, kemudian diminum air tersebut untuk berbuka puasa. Bagi sang suami, hendaklah melakukan amalan yang sama tetapi hanya dengan berpuasa selama 3 hari. Kemudian pada waktu hendak berjima’, bacalah zikir ini sebanyak 10 x, InsyaAllah akan dikurniakan anak yang soleh.

15.”Ya Ghaffaar!” sambil beri’tikaf (diam dalam masjid dalam keadaan suci) bacalah zikir ini sebanyak 100 x sambil menunggu masuknya waktu sholat Jumaat, InsyaAllah akan diampunkan dosa-dosa kita.

16.”Ya Qahhaar!” dizikir menurut kemampuan atau sebanyak 306 x, maka hati kita akan dijaga dari ketamakkan & kemewahan dunia & InsyaAllah orang-orang yang selalu memusuhi kita akan sadar & tunduk akhirnya.

17. “Ya Wahhaab!” dizikir sebanyak 100 x sesudah sholat fardhu, barang siapa yang selalu didalam kesempitan, Insya Allah segala kesulitan atau kesempitan dalam soal apa pun akan hilang.

18. “Ya Razzaq!” dizikir mengikut kemampuan sesudah sholat fardhu khususnya sholat subuh, Insya Allah akan dipermudahkan rezeki yang halal & membawa berkat. Rezeki akan datang tanpa diduga.

19. “Ya Fattah!” dizikir sebanyak 71 x sesudah selesai sholat subuh, InsyAllah hati kita akan dibuka oleh Allah, sehingga mudah menerima kebenaran, pengetahuan dan kebijaksanaan.

20. “Ya ‘Aalim!” dizikir sebanyak 100 x setiap kali selesai sholat Maktubah, Insya Allah akan mendapat kemakrifatan yang sempurna.

21. “Ya Qaabidhu!” dizikirkan 100 x setiap hari, maka dirinya akan semakin dekat dengan Allah & terlepas dari segala bentuk ancaman.

22. “Ya Baasithu!” Bagi mereka yg berniaga atau mempunyai usaha2 lain, kuatkanlah usaha & berniaga itu dengan memperbanyakkan membaca zikir ini setiap hari, InsyaAllah rezeki akan menjadi murah.

23. “Ya Khaa’fidh!” dizikirkan sebanyak 500 x setiap hari, dalam keadaan suci, khusyuk & tawaduk, InsyaAllah segala maksud akan ditunaikan Allah. Juga apabila mempunyai musuh, musuh itu akan jatuh martabatnya.

24. “Ya Raafi!” dizikirkan setiap hari, baik siang atau malam sebanyak 70 x, InsyaAllah keselamatan harta benda di rumah, di kedai atau di tempat-tempat lain akan selamat & terhindar dari kecurian.

25. “Ya Mu’izz!” dizikirkan sebanyak 140 x setiap hari, Insya Allah akan memperolehi kewibawaan yang besar terutama ketua-ketua jabatan atau perniagaan.

26. “Ya Muzill!” Perbanyakkanlah zikir ini setiap hari, sekiranya ada orang berhutang kepada kita & sukar untuk memintanya, InsyaAllah si penghutang akan sadar & membayar hutangnya kembali.

27. “Ya Samii’!” Sekiranya inginkan doa kita makbul & pendengaran telinga kita tajam, biasakanlah zikir ini setiap hari menurut kemampuan, lebih-lebih lagi sesudah sholat Dhuha, InsyaAllah doa kita akan mustajab.

28. “Ya Bashiir!” Dizikirkan sebanyak 100 x sebelum sholat Jumat, InsyaAllah akan menjadikan kita terang hati, cerdas otak & selalu diberikan taufik & hidayah dari Allah.

29. “Ya Hakam!” dizikirkan sebanyak 68 x pada tengah malam dalam keadaan suci, InsyaAllah dapat membuka hati seseorang itu mudah menerima ilmu-ilmu agama & membantu kecepatan mempelajari ilmu-ilmu agama.

30. “Ya Adllu!” dizikirkan sebanyak 104 x setiap hari sesudah selesai sholat 5 waktu, InsyaAllah diri kita selalu dapat berlaku adil.

31. “Ya Lathiif!” Dengan memperbanyakkan zikir ini mengikut kemampuan, InsyaAllah bagi para peniaga, ikhtiar ini akan menjadikan barangan jualannya menjadi laris & maju.

32. “Ya Khabiir!” Dengan memperbanyakkan zikir ini setiap hari, terkandung faedah yang teramat banyak sekali sesuai dengan maksud zikir ini antara lain faedahnya ialah dapat mempertemukan kita dengan siapapun yang kita inginkan, termasuk bertemu dengan teman atau anak yang telah terpisah sekian lama.

33. “Ya Haliim!” Dizikirkan sebanyak 88 x selepas sholat lima waktu, bagi mereka yang mempunyai kedudukan di dalam pemerintahan, organisasi atau kelompok apa saja, InsyaAllah dipastikan kedudukannya tidak akan digoyang atau digugat.

34. “Ya ‘Aziim!” dizikirkan sebanyak 12 x setiap hari untuk orang yang sekian lama menderitaisakit, InsyaAllah akan sembuh. Juga apabila dibaca 12 x kemudian ditiupkan pada tangan lalu diusap-usap pada seluruh badan, maka dengan izin Allah akan terhindar dari gangguan jin, jin syaitan & sebagainya.

35. “Ya Ghafuur!” bagi orang yang bertaubat, hendaklah memperbanyakkan zikir ini dengan mengakui dosa-dosa & beriktikad untuk tidak mengulanginya, InsyaAllah akan diterima taubatnya oleh Allah.

36. “Ya Syakuur!” dizikirkan sebanyak 40 x sehabis sholat hajat, sebagai pengucapan terima kasih kepada Allah, InsyaAllah semua hajat kita akan dimakbulkan Allah. Lakukanlah setiap kali kita mempunyai hajat yang penting & terdesak.

37. “Ya ‘Aliy!” Untuk mencerdaskan otak anak kita yang bebal, tulislah zikir ini sebanyak 110 x (** di dalam bahasa Arab) lalu direndam pada air yang dingin & diberikan si anak meminumnya, InsyaAllah lama kelamaan kecerdasan si anak itu akan berubah cemerlang.

38. “Ya Kabiir!” Bagi seseorang yang kedudukannya telah dirampas atau dilucuti gara-gara sesuatu fitnah, maka bacalah zikir ini sebanyak 1000 x selama 7 hari berturut-turut dalam keadaan suci sebagai pengaduan kepada Allah. Lakukanlah sesudah sholat malam (tahajud atau hajat).

39. “Ya Hafiiz!” dizikir sebanyak 99 x, InsyaAllah diri kita akan terlindung dari gangguan binatang buas terutamanya apabila kita berada di dalam hutan.

40. “Ya Muqiit!” Sekiranya kita berada di dalam kelaparan seperti ketika sesat di dalam hutan atau di mana sahaja sehingga sukar untuk mendapatkan bekalan makanan, maka perbanyakkan zikir ini. InsyaAllah badan kita akan menjadi kuat & segar kerana rasa lapar akan hilang.

41. “Ya Hasiib!” Untuk memperteguhkan kedudukan yang telah kita jawat, amalkan zikir ini sebanyak 777 x sebelum matahari terbit & selepas sholat Maghrib, InsyaAllah akan meneguhkan kedudukan dan terhindar dari gangguan.

42. “Ya Jaliil!” Barangsiapa mengamalkan zikir ini pada sepertiga malam yang terakhir, InsyaAllah kita akan mendapati perubahaan yang mengagumkan – bisnis akan bertambah maju. Andai seorang pegawai, maka kedudukan kita akan ditinggikan dan mendapat tempat yang terhormat izin Allah.

43. “Ya Kariim!” Untuk mencapai darjat yang tinggi & mulia di dunia mahupun di akhirat kelak, maka amalkan zikir ini sebanyak 280 x ketika hendak tidur. Allah akan mengangkat derajat mereka yang mengamalkan zikir ini.

44. “Ya Raqiib!” Untuk penjagaan barang yang dikhawatirkan, maka zikirkan sebanyak 50 x setiap hari dengan niat agar barang-barang yang dikhawatirkan berada di tempat yang jauh & sukar dijaga akan terhindar dari pencurian dan gangguan lainnya.
45. “Ya Mujiib!” Sesungguhnya Allah adalah Zat yang menerima doa hambaNya & agar doa kita mustajab & selalu diterima Allah, hendaklah mengamalkan zikir ini sebanyak 55 x sesudah sholat subuh. Insyaallah Tuhan akan mengabulkan doa kita.

46. “Ya Waasi!” Apabila di dalam kesulitan maka amalkan zikir ini sebanyak 128 x setiap pagi & petang, InsyaAllah segala kesulitan akan hilang berkat pertolongan Allah. Andai zikir ini sentiasa diamalkan, InsyaAllah Tuhan akan menjaga kita dari iri dengki sesama makhluk.

47. “Ya Hakiim!” Bagi pelajar atau sesiapa saja yang memperbanyakkan zikir ini setiap hari, InsyaAllah akalnya akan menjadi cerdas & lancar didalam menghafal & mengikuti pelajaran. Amalkanlah sekurang-kurangnya 300x setiap hari.

48. “Ya Waduud!” Amalkan zikir ini sebanyak 11,000 x pada setiap malam. InsyaAllah kita akan menjadi insan yang sentiasa bernasib baik, disayangi & rumahtangga kita akan sentiasa berada didalam keadaan harmoni.

49. “Ya Majiid!” Untuk ketenteraman keluarga. Setiap anggota keluarga sentiasa menyayangi & menghormati kita sebagai kepala keluarga, maka amalkan zikir ini sebanyak 99 x, sesudah itu hembuskan kedua belah tapak tangan & usap ke seluruh tubuh dan muka. InsyaAllah semua anggota keluarga kita akan menyayangi & menghormati kita.

50. “Ya Baa’its!” Zikirkan sebanyak 100 x dengan meletakkan kedua tangan ke dada, InsyaAllah akan memberi kelapangan dada dengan ilmu & hikmah.

51. “Ya Syahiid!” Apabila ada di kalangan anggota keluarga kita yang suka membangkang dan sebagainya, maka zikirkan sebanyak 319 x secara berterusan setiap malam sehingga si pembangkang akan sedar & berubah perangainya.

52. “Ya Haq”! Perbanyakkan zikir ini, InsyaAllah ianya sangat berfaedah sekali untuk menebalkan iman & taat di dalam menjalankan perintah Allah.

53. “Ya Wakiil” Sekiranya terjadi hujan yang disertai ribut yang kuat, atau terjadi gempa, maka ketika itu perbanyakkan zikir ini, InsyaAllah bencana tersebut akan menjadi reda & kembali seperti sediakala.

54. “Ya Qawiy!” Amalkan zikir ini sebanyak mungkin agar kita tidak gentar apabila berhadapan dengan keadaan apapun termasuk keadaan yang berbahaya.

55. “Ya Matiin!” Amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin untuk mengembangkan kekuatan sehingga musuh apapun merasa gentar dan ketakutan.

56. “Ya Waliy!” mengamalkan zikir ini akan mengukuhkan kedudukan kita dan terhindar dari gangguan oleh orang-orang yang bersifat dengki.

57. “Ya Hamiid!” Perbanyakkan zikir ini sebagai pengakuan bahwa hanya Allah saja yang paling berhak menerima segala pujian.

58. “Ya Muhshiy!” Sekiranya kita inginkan diri kita digolongkan didalam pertolongan yang selalu dekat dengan Allah (muraqabah), maka amalkan zikir ini sebanyak mungkin sesudah sholat 5 waktu.

59. “Ya Mubdiu!” Agar segala apa yang kita rancangkan akan berhasil, maka zikirkan sebanyak 470 x setiap hari.

60. “Ya Mu’id!” Andai ada anggota keluarga yang menghilangkan diri dan sebagainya, amalkan zikir ini sebanyak 124 x setiap hari sesudah sholat.
61. “Ya Muhyiy!” amalkan zikir ini sebanyak 58 x setiap hari, InsyaAllah kita akan diberikan kemuliaan derajat dunia & akhirat kelak.

62. “Ya Mumiit!” Barangsiapa memperbanyakkan zikir ini, InsyaAllah akan dipermudahkan didalam perniagaan, bisnis, politik dan sebagainya.

63. “Ya Hayyu!” Untuk mencapai kekuatan mental/batiniah didalam menjalani kehidupan, perbanyakkanlah zikir ini.

64. “Ya Qayyuum!” Telah berkata Imam Ghazali bahawa barangsiapa yang ingin memperolehi harta yang banyak lagi barokah, ingin dikasihi oleh setiap manusia, ingin berwibawa, ditakuti musuh & ingin menjadi insan yang terhormat, maka berzikirlah dgn “Ya Hayyu Ya Qayyuum…” sebanyak 1,000 x setiap malam atau siang hari. Hendaklah melakukannya secara terus menerus, Insya Allah akan tercapai segala hajat.

65. “Ya Waajid!” Andai berkeinginan keperibadian yang kukuh, tidak mudah terpengaruh & teguh pendirian, maka perbanyakkan zikir ini.

66. “Ya Maajid!” Demi kecerdasan otak dan agar dipermudahkan hati untuk menerima pelajaran, maka hendaklah pelajar tersebut memperbanyakkan zikir ini setiap hari.

67. “Ya Waahid!” Bagi pasangan yang belum dikaruniai anak dan ingin segera untuk menimang bayi, amalkanlah zikir ini sebanyak 190 x setiap kali selesai menunaikan sholat 5 waktu selama satu bulan & selama itu juga hendaklah berpuasa sunat Senin dan kamis.

68. “Ya Somad! Ketika dalam kelaparan akibat tersesat atau kesempitan hidup, maka mohonkan kepada Allah dengan zikir ini sebanyak mungkin. InsyaAllah, diri akan terasa segar & sentiasa merasa longgar hidupnya.

69. “Ya Qaadir!” Apabila kita berhajatkan sesuatu namun selalu gagal, maka amalkan zikir ini sebanyak 305 x setiap hari, Insya Allah segala hajat akan berhasil.

70. “Ya Muqtadir!” Agar tercapai keinginan yang dikehendaki, selain perlu berikhtiar lahirah, maka berzikirlah dengan zikir ini semampunya. Zikir ini mempercepatkan keberhasilan keinginan kita.

71. “Ya Muqaddim!” Menurut Imam Ahmad bin Ali Al-Buuniy, beliau berkata “Barangsiapa yang berzikir dengan zikir ini sebanyak 184 x setiap hari, InsyaAllah, niscaya segala usahanya akan berhasil”.

72. “Ya Muahkhir”! Bagi meninggikan lagi ketaatan kita kepada Allah, perbanyakkanlah zikir ini.

73. “Ya Awwal!!” Barangsiapa yang mengamalkan zikir ini sebanyak 37 x setiap hari, InsyaAllah segala apa yang dihajati akan diperkenankan Allah.

74. “Ya Aakhir!” Amalkan berzikir sebanyak 200 x sesudah sholat 5 waktu selama satu bulan, InsyaAllah Tuhan akan membuka pintu rezeki yang halal.

75. “Ya Dhaahir!” Amalkanlah zikir ini sebanyak 1,106 x selesai sholat waktu di tempat yang sunyi (khalwat), niscaya Allah akan membuka hijab padanya dari segala rahasia yang sukar serta diberi kefahaman ilmu.

76. “Ya Baathinu!” Seperti no. 75 juga, tetapi amalkan sebanyak 30 x sesudah sholat fardhu.

77. “Ya Waaliy!” Memperbanyakkan zikir ini setiap pagi & petang menyebabkan seseorang menjadi ahli ma’rifat dan hatinya dibuka oleh Allah. Para wali Allah juga selalu memperbanyakkan zikir ini

78. “Ya Muta’aAliy!” Sekiranya kita ingin berjumpa dengan mereka yang berkedudukan tinggi atau mereka yang sukar ditemui, maka bacalah zikir ini sebanyak mungkin. InsyaAllah dengan mudah kita akan berjumpa dengannya & segala hajat yang penting akan berhasil.

79. “Ya Barr!” Amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin setiap hari, InsyaAllah segala apa yang kita hajati akan terlaksana dengan mudah.

80. “Ya Tawwaab!” Bagi orang yang selalu membuat dosa & ingin bertaubat maka hendaklah memperbanyakkan zikir ini supaya dengan mudah diberikan petunjuk kembali ke jalan yang lurus.

81. “Ya Muntaqim!” Jika kita berhadapan dengan orang yang zalim, supaya dia tidak melakukan kezalimannya terhadap kita, maka hendaklah kita memperbanyakkan zikir ini setiap kali sesudah sholat fardhu. Insyaallah, kita akan mendapat pertolongan Allah.

82. “Ya ‘Afuww!” Barangsiapa memperbanyakkan zikir ini, niscaya dia akan diampuni segala dosanya oleh Allah.

83. “Ya Rauuf!” Bagi siapa yang ingin dirinya disayangi dan disenango oleh teman atau siapa saja yang memandangnya, amalkan zikir ini waktu siang malam.

84. “Ya Maalikul Mulki!” Seseorang pimpinan/ ketua yang ingin kedudukan yang langgeng dan tanpa diganggu gugat, hendaklah selalu mengamalkan zikir ini sebanyak 212 x sesudah sholat fardhu & 212 pada setiap malam selama sebulan.
85. “Ya Zul Jalaali wal Ikraam!” Amalkanlah zikir ini sebanyak 65 x setiap hari selama sebulan, InsyaAllah segala hajat kita akan tercapai dengan pertolongan Allah.

86. “Ya Muqsith!” Berzikirlah dengan zikir ini mengikut kemampuan, InsyaAllah Tuhan akan menganugerahkan sifat adil kepada mereka yang mengamalkannya.

87. “Ya Jaami’!” Sekiranya ada dikalangan keluarga kita atau isteri kita yang lari dari rumah, maka amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin pada setiap hari dengan niat semoga Allah menyadarkan orang tersebut. Dengan izin Allah orang yang lari itu akan pulang dalam jangka waktu yang singkat.

88. “Ya Ghaniy!” Amalkanlah zikir ini pada setiap hari sebanyak mungkin, InsyaAllah apa yang kita usahakan akan cepat berhasil & kekayaan yang kita perolehi itu akan mendapat berkat.

89. “Ya Mughniy!” Mintalah kekayaan yang bermanfaat untuk kehidupan dunia & akhirat kepada Allah dengan memperbanyakkan zikir ini, InsyaAllah segala hajat kita akan tercapai.

90. “Ya Maani’!” Andai kita selalu mengamalkan zikir ini sebanyak 161 x pada waktu menjelang sholat subuh setiap hari, InsyaAllah kita akan terhindar dari orang-orang yang zalim & suka membuat angkara.

91. “Ya Dhaarr!” Asma ini sangat berguna didalam ikhtiar kita untuk menyembuhkan sesuatu penyakit yang sudah menahun dan lama diobati. Amalkanlah zikir ini sebanyak 1001 x pada setiap hari, InsyaAllah dengan ikhtiar ini penyakitnya cepat sembuh.

92. “Ya Naafi’ “! Menurut Imam Ahmad Al-Buniy, barangsiapa mengamalkan zikir ini setiap hari, maka bagi orang yang sakit, sakitnya akan sembuh, & bagi orang yang susah akan dihilangkan kesusahannya dengan izin Allah.

93. “Ya Nuur!” Menurut Sheikh Ahmad bin Muhammad As Shawi, barangsiapa yang menghendaki kemuliaan yang agung & memperolehi apa terbaik untuk kebaikan di dunia akhirat, maka hendaklah selalu berzikir dengan zikir ini pagi & petang.

94. “Ya Haadiy!” Bagi siapa yang dalam perjalanan ke suatu tempat tertentu, kemudian ia tersesat, hendaklah ia memohon petunjuk Allah dengan memperbanyakkan zikir ini, akan diberikan pertolongan Allah lepas dari kesesatan tersebut.

95. “Ya Baadii!” Andai kita mempunyai rencana/rancangan yang sangat penting & bagi memastikan rencana kita itu berjaya dan berjalan lancar, maka berzikirlah dengan zikir ini sebanyak 500 x selepas sholat fardhu. InsyaAllah Tuhan akan memberikan pertolongan hingga rencana kita sukses.

96. “Ya Baaqy!” Amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin tanpa batas waktu, InsyaAllah dengan ikhtiar ini semua perkerjaan yang telah dilakukan akan berda pada puncak sukses dan rezeki tidak akan mudah terlepas, bisnis tidak akan rugi atau bangkrut.

97. “Ya Waarits!” berzikir sebanyak 500 x selepas sholat fardhu atau sebagainya, segala urusan kita akan berjalan lancar. Pada setiap malam berzikir dengan zikir ini sebanyak 707 x, Allah akan memberi petunjuk sehingga usaha kita akan berhasil dengan ridho-NYA.

98. “Ya Rasyiid!” biasakanlah zikir ini sebanyak mungkin, niscaya otak kita akan bertambah cerdas.

99. “Ya Shabuur!” Agar kita diberi kesabaran oleh Allah dalam segala hal, maka perbanyakkanlah zikir ini menurut kemampuan. Dengan sifat sabar penuh pengharapan, maka segala usaha akan mencapai kejayaan.