Kapan ya hidup ini bisa damai ?
Anda tentu sering mendengar ungkapan tanya di atas. Ungkapan dari seseorang yang merasa hidupnya belum damai.
Kedamaian merupakan impian semua orang, dan kedamaian ini sering sekali kita dengar dari perkataan pribadi – pribadi yang sedang merasa kurang atau bahkan tidak memiliki kedamaian di hidupnya.
Jika kepada mereka yang menyimpan pertanyaan di atas, ditanyakan tentang hal apa yang bisa membuat mereka damai, biasanya akan diungkapkan jawaban – jawaban berikut :
- Di dalam keluarga yang berkecukupan
- Di dalam lingkungan pekerjaan yang menjanjikan fasilitas berlebih
- Di dalam lingkungan masyarakat yang tingkat kesejahteraannya di atas rata – rata
- Di dalam komunitas yang tidak pernah ada konflik
- Di dalam pribadi yang sehat
- dan masih banyak lagi jawaban dari mereka yang sedang merasa kurang atau tidak bahagia.
Namun apakah Anda yakin sepenuhnya seandainya kepada pribadi – pribadi yang telah memiliki semua hal di atas, disampaikan pertanyaan yang sama kepada kelompok yang merasa belum damai, mereka akan mengiyakan bahwa hidup mereka telah damai ?
Bisa dipastikan Anda akan menjadi ragu – ragu untuk sebuah jawaban tegas “YA”.
Kedamaian (hati) adalah sebuah misteri, tidak ada seorangpun yang bisa merasa benar – benar damai. Bahkan kepada seorang Nabi / Rasul pun kita bisa rasakan ketidakdamaian yang mengiringi perjalanan hidupNya. Dimusuhi kaumNya yang menolak ajaranNya, diperolok oleh kelompok pemuka agama yang sangat fanatik, dikejar – kejar hingga penganiayaan oleh kaumNya, malah ada yang dimusuhi oleh saudaraNya sendiri.
Para Nabi itu pada awalnya merasa tidak damai; merasa takut dan tidak mampu ketika mendapat tugas kenabian / kerasulan dari Tuhan, pada awalanya. Para Guru itu juga bukan dari kalangan keluarga kaya saat diberi tugas untuk menyampaikan Wahyu. Bahkan dalam perjalanan hidupNya dipenuhi konflik. Namun secara keseluruhan kita begitu mengagungkan Beliau, kita sangat dibuat kagum akan daya tahan dan kesetiaan para Nabi / Rasul kepada Tuhan, hingga memperoleh kemuliaan.
Cukup, saya tidak ingin mengajak kita semua untuk menjadi Nabi.
Namun satu hal yang harus kita teladani dari pribadi – pribadi yang telah mengalami kedamaian, yaitu kemampuanNya dalam menjaga ketenangan hati (batin) Nya. Di dalam setiap masalah, Beliau selalu tenang karena yakin Tuhan sedang berada di dekatNya dan menjadi perisai bagi setiap ancaman yang mengancam kedamaianNya.
Jadi jika hingga saat ini Anda belum merasa damai, mengapa tidak Anda ijinkan hati (batin) Anda untuk tetap menjadi tenang dalam setiap keadaan ? Akan banyak kenikmatan pada saat Anda membiarkan hati (batin) Anda dalam ketenangan : Anda akan punya cukup banyak waktu untuk merencanakan cita – cita atau impian Anda, dan mengevaluasi penyebab ketidakdamaian Anda, Anda akan punya cukup banyak waktu untuk berkeluh kesah kepada Tuhan melalui doa – doa dan permohonan Anda, Anda akan cukup banyak memiliki waktu mendengarkan bisikan nasihat Tuhan kepada Anda, dan Anda juga akan memiliki cukup banyak waktu untuk menghitung keberuntungan Anda. Dan terpenting adalah Anda akan memiliki banyak waktu untuk berbahagia dengan orang – orang terkasih Anda.
Jika sudah demikian, maka Anda tidak akan punya cukup waktu lagi untuk merasa tidak damai, dan menghitung kedamaian pada orang lain. Anda akan menjadi “seperti ikan” di dalam air bening yang tenang, menjadi damai dan mendamaikan bagi siapa pun yang menyaksikannya.
sumber :
http://www.andriewongso.com/awartikel-1586-Artikel_Anda-Jadilah_Seperti_Ikan_Di_Air_Bening_Yang_Tenang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar