Dunia ini adalah ibarat pasar yang dilewati oleh pengembara dalam perjalanannya menuju ke suatu tempat. Di sinilah pengembara itu mengumpulkan bekal untuk perjalanannya. Pendeknya di sinilah manusia itu dengan menggunakan indera jasmaninya, memperolehi sedikit sebanyak pengetahuan tentang kerja-kerja Alloh, dan melalui pengetahuan itu untuk Mengenal Alloh. Pandangan terhadap Alloh inilah yang menentukan kebahagiaan dan keselamatan di hari kemudian, karena untuk mendapatkan Ilmu Pengetahuan inilah, maka manusia turun ke dunia dan tanah ini. Selagi inderanya ada bersama dengannya, orang itu dikatakan berada “dalam dunia ini”. Apabila indera ini meninggalkan jasad dan hanya sifat-sifatnya yang perlu saja yang tertinggal. maka orang itu dikatakan telah kembali “ke akhirat”.
Semasa manusia itu berada dalam dunia ini, dua hal perlu baginya.
Pertama , melindungi dan mengasuh(memelihara) Ruhnya dan
Keduanya , memelihara dan menyelenggara tubuhnya.
Makanan Ruh itu seperti yang tersebut sebelum ini, ialah Mengenal dan Cinta kepada Alloh.
Jika cinta itu ditumpukan sepenuhnya kepada ” ghair Alloh” (selain Alloh), maka binasalah Ruh itu. Tubuh itu hanya ibarat binatang tunggangan bagi Ruh. Tubuh itu akan hancur tetapi Ruh tetap hidup. Ruh itu sepatutnya memelihara tubuh. Ibarat orang yang hendak mengerjakan Haji ke Mekah, ia perlu memelihara untanya, tetapi jika ia menghabiskan masa dengan memberi makan dan menghias untanya saja, maka kafilah akan meninggalkan ia di belakang dan binasalah ia di padang pasir.
Keperluan tubuh manusia itu terbagi kepada tiga saja yaitu makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Tetapi keinginan tubuh yang ada pada seseorang untuk mendapatkan tiga hal itu cenderung melawan akal dan melebihkan dari tiga hal itu. Oleh itu, perlulah kemauan itu disekat dan dibatasi dengan undang-undang syariat yang dibawa oleh Rasul-Rasul.
Berkenaan dunia ini pula, di mana kita tinggal , terbagi kepada tiga - yaitu binatang, tumbuh-tumbuhan dan galian (logam). Hasil ketiga hal ini sentiasa diperlukan oleh manusia dan melahirkan tiga pekerjaan yang utama pada manusia yaitu :
Kerja Menenun,
Kerja Membina dan
Kerja-kerja Logam.
Ini pula terbagi kepada beberapa cabang lagi seperti Tukang Jahit, Tukang Batu, Tukang Besi dan lain-lain lagi. Tidak ada yang bebas sendiri, perlu saling berkaitan. Maka timbullah perhubungan dan perkaitan perdagangan dan perniagaan.
Di sini timbul pula keadaan-keadaan yang menerbitkan Hasad, Dengki, Tamak, loba dan berbagai-bagai penyakit Jiwa(Ruh). Dengan itu timbul pula pertengkaran dan persengketaan serta keperluaan untuk berpolitik, berkerajaan dan pengetahuan tentang undang-undang.
Oleh yang demikian, pekerjaan dan perdagangan di dunia ini makin bertambah rumit dan kusut dan kompleks. Ini karena manusia telah lupa bahwa keperluan mereka yang utama adalah hanya tiga hal saja yaitu pakaian, makanan dan tempat tinggal.
Diri ini hanya bertujuan untuk menjadikan tubuh itu layak bagi tunggangan Ruh dalam perjalanan menuju ke akhirat. Mereka telah sama terlena seperti orang yang pergi ke Mekah, mereka telah lupa tujuan perjalanan dan dirinya sendiri, lalu menghabiskan masa memberi makan dan menghias untanya. Manusia pasti terpesona dan terpikat oleh dunia kecuali ia berhati-hati benar supaya tidak tergoda. Nabi ada bersabda mengatakan bahwa dunia ini ibarat Tukang Sihir yang lebih pintar dari Harut dan Marut.
Dunia ini menipu kita dengan cara sebagai berikut :
Pertama, ia berpura-pura kekal bersama kita padahal sebenarnya ia sentiasa berlalu saat demi saat sambil melambaikan tangan mengatakan Selamat Tinggal kepada kita, seperti bayang-bayang yang nampaknya tetap tetapi sebenarnya bergerak.
Kedua, Dunia ini berpusing seperti seperti Ahli Sihir yang menarik tetapi jahat. Ia berpura-pura Cinta kepada kita, suka kepada kita, tetapi kemudian ia pergi kepada musuh dan meninggalkan kita manusia kesedihan dan putus asa. Nabi Isa Alaihissalam melihat dunia ini seperti bentuk nenek berkebaya tua yang buruk. Beliau bertanya kepada dunia itu berapakah suami yang ia ada. Dunia itu menjawab suaminya tidak terkira banyaknya. Beliau bertanya lagi adakah suaminya itu telah mati atau telah diceraikan. Katanya semua mereka itu telah dibunuhnya.
Nabi Isa Alaihissalam berkata :
“Aku heran kenapa manusia bodoh, telah melihat bagaimana anda melakukan kekejaman itu namun masih juga mereka suka dan cinta kepada anda”.
Nenek berkebayan yang jahat ini memakai pakaian yang indah-indah dan menutup mukanya. Kemudian ia pergi menggoda manusia. Banyaklah manusia yang tergoda dan tertipu dan dibinasakannya. Nabi SAW. pernah bersabda bahwa di hari Qiyamat kelak, dunia ini akan berupa dengan bentuk Ahli Sihir, matanya hijau dan giginya menonjol keluar. Orang yang melihatnya akan berkata :
“Kasihanilah kami! Siapakah ini?”
Malaikat akan menjawab;
“Inilah dunia yang kamu perbuat dan pertengkarkan, yang kamu bunuh-membunuh dan sembelih-menyembelih antara satu sama lain”.
Kemudian dia akan dilemparkan ke Neraka dan di situlah ia akan menjerit :
Oh Tuhan!!! Di manakah mereka yang mencintai aku dahulu”.
Kemudian Alloh perintahkan mereka itu dilemparkan juga ke dalam Neraka itu.
Barangsiapa bertafakur dengan serius bahwa dahulunya dunia ini tidak wujud dan di masa akan datang ia akan hilang sirna, maka nampaklah ia bahwa dunia ini ibarat perjalanan di mana peringkat-peringkatnya berupa tahun, bulan dan batunya dengan harinya, dan langkahnya dengan saat. Tidak dapat hendak diceritakan bagaimana ruginya mereka yang menganggap dunia ini tempat kediamannya yang kekal dan membuat rancangan untuk sepuluh tahun yang akan datang pada mungkin ia akan berada dalam kubur dalam tempo sepuluh hari lagi. Siapa tahu ??.
Siapa yang meninggalkan dirinya dalam lautan keindahan dunia fana ini, di masa matinya akan jadi seperti orang yang menyumbatkan mulut dan perutnya dengan makanan dan kemudian ia memuntahkan semula. Kelazatannya hilang sirna. Yang tertinggal hanyalah dan aib.
Makin banyak harta-benda, uang, rumah dan taman yang indah dimilikinya, makin pedih dan payahlah ia hendak meninggalkan semua itu. Kepedihan dan kesusahan ini akan dibawa hingga selepas mati karena jiwa yang sudah biasa dengan nafsu dunia itu akan menjadi sombong juga selepas mati dan di Akhirat kelak akan merasakan kesusahan dan kepedihan karena kemauan dan keinginan yang tidak merasa puas.
Satu daripada ciri atau sifat hal keduniaan ini ialah pada mulanya nampak seperti hal kecil saja, tetapi tiap-tiap hal yang nampak “kecil” ini bercabang hingga tidak terhingga lagi banyaknya, hingga ia menelan dan membolot seluruh masa dan tenaga manusia itu.
Nabi Isa Alaihissalam pernah berkata :
“Orang yang cinta kepada dunia itu ibarat orang yang
meminum air laut, makin diminum makin haus hingga akhirnya ia binasa, namun dahaga tidak juga hilang”.
Nabi SAW. pernah bersabda;
“Tidaklah kamu bercampur dengan keduniaan itu melainkan kamu dikotori sebagaimana orang yang masuk ke air, pasti akan basah”.
Dunia ini ibarat meja yang di atasnya ada hidangan untuk tamu yang datang silih berganti. Di atasnya ada pinggan mangkuk emas dan perak, penuh dengan makanan yang sedap-sedap, dan bau-bauan yang harum mewangi. Tetapi seorang yang bijak akan makan seperlunya, menghirup wangi-wangian itu, mengucapkan terima kasih kepada tuan rumah, dan kemudian pergi.
Tetapi tamu yang bodoh, sebaliknya hendak membawa pulang pinggang mangkuk emas dan perak itu, tetapi benda-benda itu dirampas balik darinya. Ia suruh pergi. Maka malu dan hina serta putus asa saja yang diperolehnya.
Sekarang kita tutup penerangan kita tentang tipu muslihat dunia ini dengan ibarat yang berikut. Katalah sebuah kapal tiba di sebuah pulau yang penuh sesak dengan penumpang. Nakhoda kapal itu memberitahu penumpang-penumpang kapal itu ia hendak singgah bebarapa jam saja di pulau itu, dan mereka boleh naik ke pantai untuk sementara waktu tetapi jangan terlampau lama. Maka turunlah penumpang-penumpang itu ke pantai dan masing-masing pergi ke sana dan kemari sesuka hatinya.
Orang yang bijak di antara mereka itu akan kembali ke kapal dalam masa yang singkat saja dan apabila melihat kapal itu lapang mereka pun mencari tempat yang nyaman untuk duduk.
Kumpulan penumpang yang kedua pula berjalan ke sana ke mari lama sedikit sambil menikmati keindahan pokok-pokok dan bunga-bunga dan mendengar burung-burung menyanyi. Setelah kembali ke kapal, mereka mendapatkan tempat-tempat yang baik di kapal itu telah diduduki dan terpaksalah mereka berpuas hati dengan tempat yang kurang nyaman itu.
Kumpulan yang ketiga berjalan dan bersiar makin jauh di pulau itu dan mereka membawa batu-batu yang beraneka warna untuk dibawa ke kapal. karena mereka lambat kembali ke kapal itu, terpaksalah mereka duduk di tempat-tempat yang kurang baik di dalam perut kapal itu. Mereka dapati batu yang berkilauan yang mereka bawa itu telah hilang kilauan dan warna-warninya.
Kemudian yang terakhir pula telah merayau-rayau terlalu jauh ke tengah pulau itu hingga tidak sadar masa untuk belayar telah hampir tiba dan tidak pula mendengar panggilan nakhoda itu karena mereka terlampau jauh. Maka terpaksalah kapal itu belayar lagi tanpa mereka. Maka menyesalah mereka dengan putus asa dan dukacita dan akhirnya binasalah mereka karena dahaga dan kepalaran ataupun dimakan oleh binatang-binatang buas.
Kumpulan pertama itu ibarat orang-orang yang beriman yang menjauhkan diri dari pengaruh keduniaan; dan kumpulan yang terakhir ialah ibarat orang-orang kafir yang hanya memandang dunia ini saja dan lupa akhirat. Dua golongan yang di antara itu adalah mereka yang memelihara Imannya mereka tetapi mengikut kata hati dengan mengurangi hal-hal yang tidak berfaedah di dunia ini.
Meskipun kita telah bercakap banyak mengecam dunia ini, tetapi hendaklah diingat bahwa ada juga hal-hal di dunia ini yang bukan terdiri dari benda keduniaan, seperti Ilmu Pengetahuan dan Amal Sholeh. Manusia akan membawa bersamanya apa-apa Ilmu yang ia punyai masuk ke Alam Akhirat.
Meskipun amal sholehnya telah berlalu, namun kesannya tetap tinggal dalam wataknya atau keperibadiannya khususnya dalam hal peribadatan, yang menghasilkan Cinta kepada Alloh dan mengenangNya sentiasa. Inilah sebagian dari “hal-hal yang baik” yang tersebut di dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, (Hujurat:7)
Lain-lain hal baik dalam dunia ini, seperti nikah, makanan, pakaian dan sebagainya digunakan oleh orang-orang yang bijaksana menurut kadarnya kerena ini semua menolongnya untuk mencapai ke Alam akhirat. Apa saja yang menarik seluruh perhatian hati yang menyebabkan tertambat ke dunia ini dan lupa ke Akihrat, adalah sebenarnya jahat semata-mata. Ini diibaratkan oleh Nabi SAW demikian;
“Dunia ini celaka dan semua hal dalam dunia ini celaka, kecuali Zikir Alloh (mengenang Alloh) dan apa-apa saja yang membantu (untuk mengingati Alloh) ”
Firman Alloh SWT dalam Al-Quran :
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah (Zikir). Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah (Zikir) hati menjadi tenteram.(AR RAD:38)
Terjemahan Kitab Kimyatusy- Sya’adah – KIMIA KEBAHAGIAAN – Karya : Imam Al-Ghazali
Semasa manusia itu berada dalam dunia ini, dua hal perlu baginya.
Pertama , melindungi dan mengasuh(memelihara) Ruhnya dan
Keduanya , memelihara dan menyelenggara tubuhnya.
Makanan Ruh itu seperti yang tersebut sebelum ini, ialah Mengenal dan Cinta kepada Alloh.
Jika cinta itu ditumpukan sepenuhnya kepada ” ghair Alloh” (selain Alloh), maka binasalah Ruh itu. Tubuh itu hanya ibarat binatang tunggangan bagi Ruh. Tubuh itu akan hancur tetapi Ruh tetap hidup. Ruh itu sepatutnya memelihara tubuh. Ibarat orang yang hendak mengerjakan Haji ke Mekah, ia perlu memelihara untanya, tetapi jika ia menghabiskan masa dengan memberi makan dan menghias untanya saja, maka kafilah akan meninggalkan ia di belakang dan binasalah ia di padang pasir.
Keperluan tubuh manusia itu terbagi kepada tiga saja yaitu makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Tetapi keinginan tubuh yang ada pada seseorang untuk mendapatkan tiga hal itu cenderung melawan akal dan melebihkan dari tiga hal itu. Oleh itu, perlulah kemauan itu disekat dan dibatasi dengan undang-undang syariat yang dibawa oleh Rasul-Rasul.
Berkenaan dunia ini pula, di mana kita tinggal , terbagi kepada tiga - yaitu binatang, tumbuh-tumbuhan dan galian (logam). Hasil ketiga hal ini sentiasa diperlukan oleh manusia dan melahirkan tiga pekerjaan yang utama pada manusia yaitu :
Kerja Menenun,
Kerja Membina dan
Kerja-kerja Logam.
Ini pula terbagi kepada beberapa cabang lagi seperti Tukang Jahit, Tukang Batu, Tukang Besi dan lain-lain lagi. Tidak ada yang bebas sendiri, perlu saling berkaitan. Maka timbullah perhubungan dan perkaitan perdagangan dan perniagaan.
Di sini timbul pula keadaan-keadaan yang menerbitkan Hasad, Dengki, Tamak, loba dan berbagai-bagai penyakit Jiwa(Ruh). Dengan itu timbul pula pertengkaran dan persengketaan serta keperluaan untuk berpolitik, berkerajaan dan pengetahuan tentang undang-undang.
Oleh yang demikian, pekerjaan dan perdagangan di dunia ini makin bertambah rumit dan kusut dan kompleks. Ini karena manusia telah lupa bahwa keperluan mereka yang utama adalah hanya tiga hal saja yaitu pakaian, makanan dan tempat tinggal.
Diri ini hanya bertujuan untuk menjadikan tubuh itu layak bagi tunggangan Ruh dalam perjalanan menuju ke akhirat. Mereka telah sama terlena seperti orang yang pergi ke Mekah, mereka telah lupa tujuan perjalanan dan dirinya sendiri, lalu menghabiskan masa memberi makan dan menghias untanya. Manusia pasti terpesona dan terpikat oleh dunia kecuali ia berhati-hati benar supaya tidak tergoda. Nabi ada bersabda mengatakan bahwa dunia ini ibarat Tukang Sihir yang lebih pintar dari Harut dan Marut.
Dunia ini menipu kita dengan cara sebagai berikut :
Pertama, ia berpura-pura kekal bersama kita padahal sebenarnya ia sentiasa berlalu saat demi saat sambil melambaikan tangan mengatakan Selamat Tinggal kepada kita, seperti bayang-bayang yang nampaknya tetap tetapi sebenarnya bergerak.
Kedua, Dunia ini berpusing seperti seperti Ahli Sihir yang menarik tetapi jahat. Ia berpura-pura Cinta kepada kita, suka kepada kita, tetapi kemudian ia pergi kepada musuh dan meninggalkan kita manusia kesedihan dan putus asa. Nabi Isa Alaihissalam melihat dunia ini seperti bentuk nenek berkebaya tua yang buruk. Beliau bertanya kepada dunia itu berapakah suami yang ia ada. Dunia itu menjawab suaminya tidak terkira banyaknya. Beliau bertanya lagi adakah suaminya itu telah mati atau telah diceraikan. Katanya semua mereka itu telah dibunuhnya.
Nabi Isa Alaihissalam berkata :
“Aku heran kenapa manusia bodoh, telah melihat bagaimana anda melakukan kekejaman itu namun masih juga mereka suka dan cinta kepada anda”.
Nenek berkebayan yang jahat ini memakai pakaian yang indah-indah dan menutup mukanya. Kemudian ia pergi menggoda manusia. Banyaklah manusia yang tergoda dan tertipu dan dibinasakannya. Nabi SAW. pernah bersabda bahwa di hari Qiyamat kelak, dunia ini akan berupa dengan bentuk Ahli Sihir, matanya hijau dan giginya menonjol keluar. Orang yang melihatnya akan berkata :
“Kasihanilah kami! Siapakah ini?”
Malaikat akan menjawab;
“Inilah dunia yang kamu perbuat dan pertengkarkan, yang kamu bunuh-membunuh dan sembelih-menyembelih antara satu sama lain”.
Kemudian dia akan dilemparkan ke Neraka dan di situlah ia akan menjerit :
Oh Tuhan!!! Di manakah mereka yang mencintai aku dahulu”.
Kemudian Alloh perintahkan mereka itu dilemparkan juga ke dalam Neraka itu.
Barangsiapa bertafakur dengan serius bahwa dahulunya dunia ini tidak wujud dan di masa akan datang ia akan hilang sirna, maka nampaklah ia bahwa dunia ini ibarat perjalanan di mana peringkat-peringkatnya berupa tahun, bulan dan batunya dengan harinya, dan langkahnya dengan saat. Tidak dapat hendak diceritakan bagaimana ruginya mereka yang menganggap dunia ini tempat kediamannya yang kekal dan membuat rancangan untuk sepuluh tahun yang akan datang pada mungkin ia akan berada dalam kubur dalam tempo sepuluh hari lagi. Siapa tahu ??.
Siapa yang meninggalkan dirinya dalam lautan keindahan dunia fana ini, di masa matinya akan jadi seperti orang yang menyumbatkan mulut dan perutnya dengan makanan dan kemudian ia memuntahkan semula. Kelazatannya hilang sirna. Yang tertinggal hanyalah dan aib.
Makin banyak harta-benda, uang, rumah dan taman yang indah dimilikinya, makin pedih dan payahlah ia hendak meninggalkan semua itu. Kepedihan dan kesusahan ini akan dibawa hingga selepas mati karena jiwa yang sudah biasa dengan nafsu dunia itu akan menjadi sombong juga selepas mati dan di Akhirat kelak akan merasakan kesusahan dan kepedihan karena kemauan dan keinginan yang tidak merasa puas.
Satu daripada ciri atau sifat hal keduniaan ini ialah pada mulanya nampak seperti hal kecil saja, tetapi tiap-tiap hal yang nampak “kecil” ini bercabang hingga tidak terhingga lagi banyaknya, hingga ia menelan dan membolot seluruh masa dan tenaga manusia itu.
Nabi Isa Alaihissalam pernah berkata :
“Orang yang cinta kepada dunia itu ibarat orang yang
meminum air laut, makin diminum makin haus hingga akhirnya ia binasa, namun dahaga tidak juga hilang”.
Nabi SAW. pernah bersabda;
“Tidaklah kamu bercampur dengan keduniaan itu melainkan kamu dikotori sebagaimana orang yang masuk ke air, pasti akan basah”.
Dunia ini ibarat meja yang di atasnya ada hidangan untuk tamu yang datang silih berganti. Di atasnya ada pinggan mangkuk emas dan perak, penuh dengan makanan yang sedap-sedap, dan bau-bauan yang harum mewangi. Tetapi seorang yang bijak akan makan seperlunya, menghirup wangi-wangian itu, mengucapkan terima kasih kepada tuan rumah, dan kemudian pergi.
Tetapi tamu yang bodoh, sebaliknya hendak membawa pulang pinggang mangkuk emas dan perak itu, tetapi benda-benda itu dirampas balik darinya. Ia suruh pergi. Maka malu dan hina serta putus asa saja yang diperolehnya.
Sekarang kita tutup penerangan kita tentang tipu muslihat dunia ini dengan ibarat yang berikut. Katalah sebuah kapal tiba di sebuah pulau yang penuh sesak dengan penumpang. Nakhoda kapal itu memberitahu penumpang-penumpang kapal itu ia hendak singgah bebarapa jam saja di pulau itu, dan mereka boleh naik ke pantai untuk sementara waktu tetapi jangan terlampau lama. Maka turunlah penumpang-penumpang itu ke pantai dan masing-masing pergi ke sana dan kemari sesuka hatinya.
Orang yang bijak di antara mereka itu akan kembali ke kapal dalam masa yang singkat saja dan apabila melihat kapal itu lapang mereka pun mencari tempat yang nyaman untuk duduk.
Kumpulan penumpang yang kedua pula berjalan ke sana ke mari lama sedikit sambil menikmati keindahan pokok-pokok dan bunga-bunga dan mendengar burung-burung menyanyi. Setelah kembali ke kapal, mereka mendapatkan tempat-tempat yang baik di kapal itu telah diduduki dan terpaksalah mereka berpuas hati dengan tempat yang kurang nyaman itu.
Kumpulan yang ketiga berjalan dan bersiar makin jauh di pulau itu dan mereka membawa batu-batu yang beraneka warna untuk dibawa ke kapal. karena mereka lambat kembali ke kapal itu, terpaksalah mereka duduk di tempat-tempat yang kurang baik di dalam perut kapal itu. Mereka dapati batu yang berkilauan yang mereka bawa itu telah hilang kilauan dan warna-warninya.
Kemudian yang terakhir pula telah merayau-rayau terlalu jauh ke tengah pulau itu hingga tidak sadar masa untuk belayar telah hampir tiba dan tidak pula mendengar panggilan nakhoda itu karena mereka terlampau jauh. Maka terpaksalah kapal itu belayar lagi tanpa mereka. Maka menyesalah mereka dengan putus asa dan dukacita dan akhirnya binasalah mereka karena dahaga dan kepalaran ataupun dimakan oleh binatang-binatang buas.
Kumpulan pertama itu ibarat orang-orang yang beriman yang menjauhkan diri dari pengaruh keduniaan; dan kumpulan yang terakhir ialah ibarat orang-orang kafir yang hanya memandang dunia ini saja dan lupa akhirat. Dua golongan yang di antara itu adalah mereka yang memelihara Imannya mereka tetapi mengikut kata hati dengan mengurangi hal-hal yang tidak berfaedah di dunia ini.
Meskipun kita telah bercakap banyak mengecam dunia ini, tetapi hendaklah diingat bahwa ada juga hal-hal di dunia ini yang bukan terdiri dari benda keduniaan, seperti Ilmu Pengetahuan dan Amal Sholeh. Manusia akan membawa bersamanya apa-apa Ilmu yang ia punyai masuk ke Alam Akhirat.
Meskipun amal sholehnya telah berlalu, namun kesannya tetap tinggal dalam wataknya atau keperibadiannya khususnya dalam hal peribadatan, yang menghasilkan Cinta kepada Alloh dan mengenangNya sentiasa. Inilah sebagian dari “hal-hal yang baik” yang tersebut di dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, (Hujurat:7)
Lain-lain hal baik dalam dunia ini, seperti nikah, makanan, pakaian dan sebagainya digunakan oleh orang-orang yang bijaksana menurut kadarnya kerena ini semua menolongnya untuk mencapai ke Alam akhirat. Apa saja yang menarik seluruh perhatian hati yang menyebabkan tertambat ke dunia ini dan lupa ke Akihrat, adalah sebenarnya jahat semata-mata. Ini diibaratkan oleh Nabi SAW demikian;
“Dunia ini celaka dan semua hal dalam dunia ini celaka, kecuali Zikir Alloh (mengenang Alloh) dan apa-apa saja yang membantu (untuk mengingati Alloh) ”
Firman Alloh SWT dalam Al-Quran :
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah (Zikir). Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah (Zikir) hati menjadi tenteram.(AR RAD:38)
Terjemahan Kitab Kimyatusy- Sya’adah – KIMIA KEBAHAGIAAN – Karya : Imam Al-Ghazali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar